Sabtu, 02 Mei 2020

Qhloroquine, Obat Terapi COVID-19?


Kata qhloroquine menjadi popular dibicarakan akhir-akhir ini karena pandemik COVID-19. Terlebih lagi saat Presiden Jokowi memesan obat ini hingga 3 juta butir untuk terapi pasien COVID-19. Lalu? Apa sebenarnya qhloroquine itu? apakah obat COVID-19 sudah ditemukan?. Untuk jawaban sementara hingga saat ini, obat ataupun vaksin COVID-19 belum ditemukan secara pasti sebab masih harus melalui beberapa tahapan untuk bisa digunakan pada pasien.


Qhloroquine adalah suatu bentuk asidotropik amina dari quinine yang disintesis pada tahun 1934 oleh seorang ilmuwan Jerman bernama Brayer. Quinine merupakan senyawa yang ditemukan pada kulit pohon kina dan dimanfaatkan sebagai obat malaria. Selama beberapa dekade, qhloroquine menjadi obat garis depan untuk pengobatan malaria yang diresepkan di seluruh dunia.

Kemudian pada tahun 1990-an, qhloroquine kembali diincar karena sifat tolerabilitasnya, laporan toksisitas yang jarang ditemukan, biaya dan imunomodulatornya. Saat itu qhloroquine dieksplorasi terhadap virus HIV dan virus lain yang terkait peradangan. Alhasil ditemukan dapat menghambat siklus replikasi virus tersebut.
Baru-baru ini, virus corona muncul di kota Wuhan, Cina pada bulan Desember 2019 lalu. Sebenarnya, jenis virus corona ini merupakan virus corona ketujuh yang digambarkan hingga saat ini sebagai penyakit penyebab infeksi pernapasan setelah jenis virus berikut.
1.   Coronavirus 229E (HCoV229E) pada tahun 1960-an
2.   Coronavirus HCoV-OC43 pada tahun 1960-an
3.   Coronavirus SARS-CoV-1 muncul pada maret 2003
4.   Coronavirus H-CoV-NL63 ditemukan pada tahun 2004
5.   Coronavirus HCoV-HKU1 ditemukan pada tahun 2005
6.   Coronavirus MERS-CoV muncul pada tahun 2012.
Tumbuhan Kina

Adanya bukti cepat yang dilaporkan terkait pasien yang terinfeksi dengan novel coronavirus yang saat ini dikenal dengan COVID-19 menyebabkan qhloroquine kembali dilirik. Efek antivirus qhloroquine membutuhkan perhatian khusus sebagai terapi obat SARS-CoV-2 atau Coronavirus 2019 (COVID-19).
Secara in vitro, qhloroquine muncul sebagai agen bioaktif yang memiliki aktivitas antivirus terhadap berbagai macam virus RNA seperti:
1.   Virus rabies
2.   Virus polio
3.   Virus influenza A dan B
4.   Virus A H5N1
5.   Virus Chikungunya
6.   Virus dengue
7.   Virus zika
8.   Virus lassa
9.   Virus hendra dan nipah
10.                 Virus demam berdarah Crimean-Congo
11.                 Virus Ebola
Selain itu, juga dilaporkan kekuatan antiviralnya terhadap beberapa jenis virus DNA seperti
1.   Virus hepatitis B
2.   Virus simplex herpes


Baru-baru ini, Pusat Pengembangan Bioteknologi Nasional China mengindikasikan bahwa qhloroquine dicap sebagai salah satu obat menjanjikan terhadap penyebab COVID-19. Qhlorouine langsng diuji cobakan pada pasien di rumah sakit provinsi Hunan, Cina Tengah dan Provinsi Guangdong, Cina Selatan. Menurut laporan awal yang diperoleh dari pihak berwenang Tiongkok menunjukkan bahwa sekitar 100 pasien COVID-19 yang diobati dengan qhloroquine mengalami penurunan demam lebih cepat diikuti dengan membaiknya paru-paru pasien berdasarkan CT scan yang dilakukan. Hal ini menyebabkan dewan penasihat medis Tiongkok menyarankan qhloroquine dalam pedoman perawatan COVID-19. Akibatnya, qhloroquine menjadi obat pertama yang digunakan di Cina untuk pengobatan infeksi COVID-19 yang parah. Sementara efek samping yang ditimbulkan dari terapi qhloroquine masih terus dilakukan. Namun hingga saat ini kandidat terbaik yang tersedia untuk terapi COVID-19 yang parah adalah chloroquine.


Sumber: klik disini

11 komentar: