Kata qhloroquine
menjadi popular dibicarakan akhir-akhir ini karena pandemik COVID-19.
Terlebih lagi saat Presiden Jokowi memesan obat ini hingga 3 juta butir untuk
terapi pasien COVID-19. Lalu? Apa sebenarnya qhloroquine itu? apakah obat COVID-19 sudah ditemukan?. Untuk
jawaban sementara hingga saat ini, obat ataupun vaksin COVID-19 belum ditemukan
secara pasti sebab masih harus melalui beberapa tahapan untuk bisa digunakan
pada pasien.
![]() |
Qhloroquine adalah suatu bentuk asidotropik amina dari quinine yang disintesis pada tahun 1934
oleh seorang ilmuwan Jerman bernama Brayer. Quinine
merupakan senyawa yang ditemukan pada kulit pohon kina dan dimanfaatkan
sebagai obat malaria. Selama beberapa dekade, qhloroquine menjadi obat garis depan untuk pengobatan malaria yang
diresepkan di seluruh dunia.
Kemudian pada tahun 1990-an, qhloroquine kembali diincar karena sifat
tolerabilitasnya, laporan toksisitas yang jarang ditemukan, biaya dan
imunomodulatornya. Saat itu qhloroquine dieksplorasi
terhadap virus HIV dan virus lain yang terkait peradangan. Alhasil ditemukan
dapat menghambat siklus replikasi virus tersebut.
Baru-baru ini, virus corona muncul di
kota Wuhan, Cina pada bulan Desember 2019 lalu. Sebenarnya, jenis virus corona ini
merupakan virus corona ketujuh yang digambarkan hingga saat ini sebagai penyakit
penyebab infeksi pernapasan setelah jenis virus berikut.
1.
Coronavirus 229E
(HCoV229E) pada tahun 1960-an
2.
Coronavirus
HCoV-OC43 pada tahun 1960-an
3.
Coronavirus
SARS-CoV-1 muncul pada maret 2003
4.
Coronavirus
H-CoV-NL63 ditemukan pada tahun 2004
5.
Coronavirus
HCoV-HKU1 ditemukan pada tahun 2005
6.
Coronavirus
MERS-CoV muncul pada tahun 2012.
![]() |
Tumbuhan Kina |
Adanya bukti cepat yang dilaporkan terkait
pasien yang terinfeksi dengan novel coronavirus
yang saat ini dikenal dengan COVID-19 menyebabkan qhloroquine kembali dilirik. Efek antivirus qhloroquine membutuhkan perhatian khusus sebagai terapi obat
SARS-CoV-2 atau Coronavirus 2019 (COVID-19).
Secara in vitro, qhloroquine muncul sebagai agen bioaktif yang memiliki aktivitas
antivirus terhadap berbagai macam virus RNA seperti:
1.
Virus rabies
2.
Virus polio
3.
Virus influenza
A dan B
4.
Virus A H5N1
5.
Virus
Chikungunya
6.
Virus dengue
7.
Virus zika
8.
Virus lassa
9.
Virus hendra dan
nipah
10.
Virus demam
berdarah Crimean-Congo
11.
Virus Ebola
Selain itu, juga dilaporkan kekuatan
antiviralnya terhadap beberapa jenis virus DNA seperti
1.
Virus hepatitis
B
2.
Virus simplex
herpes
Baru-baru ini, Pusat Pengembangan
Bioteknologi Nasional China mengindikasikan bahwa qhloroquine dicap sebagai salah satu obat menjanjikan terhadap
penyebab COVID-19. Qhlorouine langsng
diuji cobakan pada pasien di rumah sakit provinsi Hunan, Cina Tengah dan Provinsi
Guangdong, Cina Selatan. Menurut laporan awal yang diperoleh dari pihak
berwenang Tiongkok menunjukkan bahwa sekitar 100 pasien COVID-19 yang diobati
dengan qhloroquine mengalami
penurunan demam lebih cepat diikuti dengan membaiknya paru-paru pasien
berdasarkan CT scan yang dilakukan. Hal ini menyebabkan dewan penasihat medis
Tiongkok menyarankan qhloroquine dalam
pedoman perawatan COVID-19. Akibatnya, qhloroquine
menjadi obat pertama yang digunakan di Cina untuk pengobatan infeksi COVID-19
yang parah. Sementara efek samping yang ditimbulkan dari terapi qhloroquine masih terus dilakukan. Namun
hingga saat ini kandidat terbaik yang tersedia untuk terapi COVID-19 yang parah
adalah chloroquine.
Lanjutkan anak muda
BalasHapusSiapp 👍
BalasHapusMntapp
BalasHapusMakasihh 🙏
BalasHapusInfo menarik dan bermanfaat
BalasHapusSangat menarik
BalasHapusTerima kasih 🙏
HapusSangat bermanfaat, lanjutkan
BalasHapus❤️
BalasHapusShareeee kuy!!
BalasHapusKeren
BalasHapus