Kamis, 23 April 2020

Story about How can I Intern in Indonesian Institute of Science (LIPI)?

Salam sejahtera untuk kita semua…
Salam Milenial…
Puslit Bioteknologi LIPI Cibinong
Setelah membagi kisah tentang laboratorium forensik, saya ingin bercerita tentang salah satu kesempatan terbaik yang pernah saya dapatkan selama kuliah, yaitu magang di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong. Kisah yang sudah mengajarkan saya betapa berharganya hidup dan pilihan. Bukan hanya sekedar menambah wawasan tapi juga melatih untuk bertahan hidup. Karena itulah pengalaman ini tidak pernah terlupakan.
Sedikit informasi sebelum melanjutkan cerita saya. LIPI merupakan lembaga riset nasional milik pemerintah. Siapa saja boleh mengikuti magang, penelitian tugas akhir ataupun berkunjung di LIPI selama mengikuti setiap prosedur dan petunjuk yang telah ditetapkan. Informasi itu dapat diakses di alamat website www.lipi.co.id. Selain itu, LIPI terletak di tiga wilayah berbeda, ada di Bandung, Serpong dan Cibinong. Sementara kantor pusatnya berada di Jakarta. Jadi teman-teman yang ingin melakukan kegiatan di LIPI tentunya sudah mengetahui laboratorium apa yang ingin dituju. Perlu banyak kajian informasi dari berbagai sumber.
Yah… bagaimana saya bisa magang di LIPI?. Awal cerita saya mulai sejak bulan Agustus 2019. Saya sementara mengikuiti magang di Laboratorium Forensik selama 1 bulan setelah tiga hari dipulangkan dari lokasi KKN. Pada saat magang, sebenarnya saya dinyatakan lulus mengikuti program pertukaran pelajar PERMATA-SAKTI (Pertukran Mahasiswa Seluruh Nusantara-Sistem Alih Kredit). Saya merasa gembira atas pengumuman itu, namun sedikit kecewa karena surat rekomendasi perguruan tinggi tujuan saya dialihkan dan di tempatkan di perguruan tinggi yang tidak sesuai ekspektasi saya. Demi kenyamanan bersama, lebih baik saya tidak menyebutkannya, heheh… maaf. Oleh karena itu, dengan sangat tidak rela saya melepaskan anugerah yang sudah diberikan Tuhan. Sayapun merasa kecewa dan tidak berdaya. Padahal saya ingin mengukir kisah yang lebih berarti sebelum lulus. Namun ternyata pertukaran pelajar bukanlah jalan saya untuk melakukan hal itu. Tapi saya tetap tidak mau menyerah dan lulus begitu saja. Kecewa sempat menguasai pikiran saya selama hampir dua minggu. Bahkan saat dosen yang membantu saya mengurus berkas pertukaran pelajar menghibur saya dan mengatakan untuk lebih bersabar dan memang bukan takdir saya, masih banyak yang bisa saya lakukan terutama tentang penelitian tugas akhir.
Seminggu sebelum masa magang saya di Lab Forensik berakhir, rasa kecewa itu mulai mereda saat saya mendapat informasi dari instagram LIPI bahwa diadakan Kuliah Praktek di LIPI. Jujur saja, saat itu saya kurang paham tentang LIPI. Saya bahkan berpikir LIPI adalah kampus dan punya mahasiswa, laboratorium, dosen-dosen, dan mata kuliah. Betapa buruknya wawasan saya selama ini. Tapi tanpa berpikir panjang, saya menelusuri informasi itu. Tidak tanggung-tanggung, semua website dan kontak saya telusuri sejak itu. Setidaknya, menyibukkan diri bisa membuat saya lupa dengan kecewa saya yang lain. Meskipun sebenarnya banyak hal yang belum saya pertimbangkan sebelum memutuskan akan menghubungi pihak LIPI. Seperti biaya hidup, transport dan terlebih lagi izin orang tua. Tidak ada yang tahu apa yang sedang saya kerjakan. Bolak balik kampus, kos, perpustakaan. Saya hanya berpikir satu hal, saya ingin magang di LIPI.

Brosur KKP di Instagram Resmi LIPI


Pertama-tama, saya mencocokkan tugas akhir saya dengan laboratorium LIPI. Supaya saya bisa menambah waktu magang sekaligus menyelesaikan tugas akhir. Karena tugas akhir saya tentang fermentasi, tentu saja saya memilih Laboratorium Bioteknologi. Mirisnya, saya selalu berpikir LIPI hanya ada di Jakarta, karena setiap kali searching di google LIPI yang ditunjukkan adalah kantor pusat di tengah Kota Jakarta. Saya bertambah semangat mengetahui hal itu. Saya membaca petunjuknya dengan seksama. Katanya harus mengemail pembimbing terlebih dahulu. Tapi saya tidak tahu dapat email dari mana. Maka dari itu, saya nekat untuk melampaui langkah itu dan menuju langkah selanjutnya yaitu menghubungi bagian humas LIPI Biotek. Lagi-lagi saya tidak sadar kalau kontak yang dihubungi adalah telepon rumah dan menghabiskan pulsa HP saya. Kemudian saya berinisiatif untuk memanfaatkan telepon di Departemen dan ternyata dalam masa maintainance. Tapi saya tidak kehabisan akal. Saya menuju ke perpustakaan pusat dan menemui bagian penanggung jawab lab komputer, disitulah saya bertemu seorang petugas perpustakaan yang baik hati. Saya bercerita tentang keinginan dan keperluan saya datang menemuinya. Dan kabar baik pun mulai berdatangan menerpa hidup saya. Beliau merespon baik tujuan saya dan meminjamkan ponselnya karena memiliki gratis nelpon ke telepon rumah. Sayapun menelpon humas LIPI Biotek dengan leluasa.
Saya berbicara dengan humas Biotek bernama Ibu Wardah. Saya memperkenalkan diri terlebih dahulu, dan saya sangat menekankan bahwa saya berasal dari Universitas Hasanuddin Makassar. Saya berharap beliau memberi keringanan atas prosedur tersebut. Namun, seperti yang saya duga, Bu Wardah malah memperjelas runtutan prosedur pembimbingan. Beliau sempat bertanya apakah pembimbing saya sudah menyetujui penelitian saya. Berdasarkan prosedurnya, mahasiswa mengirimkan email kepada pembimbing yang diinginkan dan itu membutuhkan waktu minimal 1 minggu untuk dibalas. Jika disetujui, mahasiswa harus bertemu langsung dengan pembimbing untuk membahas semua perjanjian antara mahasiswa dan LIPI. Surat magang masuk satu bulan sebelum mahasiswa datang untuk magang. Pikiran saya mulai berkecamuk. Saya memang menyiapkan waktu sebulan untuk persiapan magang, tapi masalahnya butuh waktu lama untuk menghubungi dan komunikasi dengan pembimbing. Sementara saya harus segera magang karena harus menyelesaikan tugas akhir.
Setelah itu, Bu Wardah menjeda pembicaraan kami lalu meminta untuk dihubungi kembali setelah 30 menit. Saya jadi berdebar-debar, apa maksud beliau meminta saya untuk menghubungi kembali. Setelah 35 menit kemudian, saya menghubunginya….dan sebuah kabar baik datang, keberuntungan menghampiri saya kembali. Ternyata, seorang pembimbing telah berkomunikasi dengan Bu Wardah untuk dicarikan mahasiswa dalam membantu proyek penelitiannya dan beliau telah memastikan itu. Dengan segera kontak pembimbing yang dimaksud diberikan kepada saya, dan lebih menggembirakan lagi bahwa pembimbing tersebut meminta untuk segera dihubungi. Tentu saja, tanpa berpikir panjang saya menghubungi calon pembimbing saya. Saya sangat berterima kasih kepada Bu Wardah.
Yah…seorang pembimbing yang akan membimbing saya selama di LIPI, beliau adalah Bu Marta yang berada di Laboratorium Rekayasa Genetika Terapan dan Desain Protein. Kami memperkenalkan diri masing-masing. Beliau sangat tegas berbicara, terdengar disiplin dan to the point. Beliau sempat menanyakan tugas akhir saya namun ternyata belum bisa difasilitasi, namun beliau menawarkan untuk ikut proyek penelitian bersama dengan tawaran akan publikasi bersama LIPI setelah penelitian selesai dilakukan. Kabar tersebut membuat saya lebih gembira lagi karena tidak semua orang bisa publikasi bersama LIPI. Setiap orang yang magang hanya mengerjakan sampel yang masuk, namun magang dengan Bu Marta memberikan kesempatan untuk merasakan penelitian dan publikasi sesungguhnya. Saya tidak punya alasan untuk menolak. Sejak saat itu, saya berkomunikasi dengan Bu Marta. Sedangkan Bu Wardah mengirimkan berkas yang harus diisi dan dilengkapi sebagai syarat magang. Saya mulai melengkapinya.
Percakapan pertama dengan Bu Marta sangat berkesan dan membuat saya sangat terkejut. Terutama beliau mengatakan untuk datang pada minggu ini dan magang harus 2 bulan. Beliau harus cuti pada bulan Desember, jadi bulan September harus memulai penelitian. Tapi saya bahkan belum punya persiapan apapun jadi saya menolak dan butuh waktu setidaknya 2 minggu. Saya belum memikirkan bagaimana saya hidup sendiri di Pulau Jawa selama 2 bulan. Saya meminta saran kepada pembimbing di kampus dan responnya sangat bagus, malah saya disarankan supaya seminar proposal penelitian untuk tugas akhir sebelum berangkat magang. Yah…dalam sehari itu, perasaan saya sangat bahagia dan bisa menghapus kekecewaan pertukaran pelajar kemarin.
Namanya juga kehidupan, kadang bahagia dan kadang sedih. Seminggu kemudian, kebahagiaan tadi berubah jadi air mata kesedihan. Bu Marta menghubungi saya bahwa laboratoriumnya akan mengalami perbaikan jadi kemungkinan kecil untuk bisa penelitian. Kemungkinan bulan januari setelah perbaikan baru bisa melanjutkan penelitian atau mungkin saya diminta menunggu sampai bulan oktober agar tahu kelanjutannya iya atau tidak jadi belum ada kepastian. Bu Marta sempat menyarankan untuk berpindah pembimbing jika saya harus magang secepatnya. Tapi saya menolak, menurut saya beliau sudah sangat baik pada saya jadi saya akan menunggu kepastian beliau. Rasa kecewa pasti ada, tapi saya juga harus fokus untuk seminar proposal. Artinya, saya bisa menjalankan planning B. Saya jadi santai mengurus seminar saya karena berada pada zona kecewa kembali.
Hanya selang tiga hari saja, Bu Marta menelpon saya kembali dan meminta saya untuk datang lagi minggu ini. Saya sempat ragu karena saya dalam masa pembimingan tugas akhir di kampus. Jika saya datang minggu ini, persiapan saya belum matang. Seminar proposal saya belum kelar. Tapi entah kenapa keraguan itu saya hapus dan mencoba mengambil resiko. Saya mengatakan iya saya bisa datang. Padahal saya butuh waktu 2 minggu untuk persiapan. Beban itu terhapus satu demi satu. Pengurusan berkas untuk proposal yang sempat mengalami lika liku drama akhirnya terselesaikan. Kemudian saya sudah punya kas tanpa meminta orang tua karena minggu itu juga beasiswa PPA saya cair. Jadi dana sudah tidak terhambat. Tapi… satu hal penting yang belum saya pikirkan yaitu izin orang tua. Penghalang besar yang hampir mengehentikan semua persiapan itu. Semua keluarga saya melarang untuk ikut, kecuali brother yang tinggal bersama saya di Makassar.
Lalu apa yang terjadi? Saya bahkan dikirim pulang ke kampung dan ditahan agar tidak berangkat. Saya hanya butuh waktu 4 hari untuk meyakinkan mereka karena tekad saya sudah bulat. Saya bahkan sudah menentukan tanggal keberangkatan, seminar dan membeli tiket pesawat tapi tanpa sepengetahuan orang tua. Saya seminar proposal hari senin, tanggal 30 September 2019 jam 13.30, kemudian pesawat saya berangkat jam 17.40 pada hari yang sama. Saya menyampaikan semua itu pada keluarga tapi keluarga saya malah mau mengganti uang pesawat dan mengembalikan uang saya. Drama permintaan izin itu selesai pada hari minggu, sehari sebelum keberangkatan. Sore harinya orang tua saya memberikan izin meskipun sepertinya cukup terpaksa. Saya juga mengerti, beliau khawatir pada saya apalagi saya sendiri ke tempat asing dan tidak ada satupun orang yang dikenal. Setelah memberikan wejangan-wejangan, beliau merelakan saya berangkat ke Makassar jam 20.30 malam. Saya sampai di Makassar jam 1.00 tengah malam. Saya mempelajari seminar proposal saya dan baru bisa packing. Saya tidak bisa berpikir lagi, apa yang bisa saya persiapkan untuk 2 bulan itu.


Kartu Nama Peneliti/Mahasiswa Magang di Puslit Bioteknologi


Akhirnya… saya selesai seminar proposal dan berangkat ke Jakarta pada jam 20.00 WITA. Hmm… padahal tiket saya pukul 17.40 kan, hehehh….ada kisah yang lebih mendebarkan dan memukul kehidupan saya pada saat itu. Tapi sampai di sini dulu yah, hehehh…. Sudah panjang lebar… intinyaa saya sudah ada di Jakarta pukul 22.00 WIB. Keesokan harinya jam 13.00 WIB, saya bertemu langsung dengan Bu Wardah dan Bu Marta. Saya resmi diterima sebagai mahasiswa dalam masa pembimbingan LIPI Bioteknologi…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar