Rabu, 08 April 2020

Inovasi Mahasiswa dalam Membekali Masyarakat Siap Kerja di Era Revolusi Industri 4.0 Melalui Program Pendidikan SDO (Smart Digital Operation) guna Menciptakan Masyarakat Terampil Digital di Indonesia


Menurut European Parlimentary Research Service (2018), istilah revolusi industri 4.0 lahir dari perjalanan revolusi yang terjadi hingga saat ini yaitu revolusi keempat. Revolusi pertama terjadi di Inggris pada tahun 1784 ditandai dengan penemuan mesin uap dan mekanisasi yang menggantikan tenaga manusia. Kemudian pada akhir abad ke 19, mesin-mesin tenaga listrik diproduksi untuk kegiatan secara massal menandai revolusi kedua. Memasuki tahun 1970 penggunaan teknologi komputer untuk otomasi manufaktur menandai hadirnya revolusi ketiga. Selanjutnya perkembangan teknologi semakin berkembang dalam bidang sensor, interkoneksi dan analisis data memunculkan gagasan untuk mengintegrasikan seluruh teknologi tersebut dalam berbagai bidang industri. Gagasan inilah yang menjadi revolusi selanjutnya yaitu revolusi keempat.
Menurut Sekertariat Jenderal Kementrian Ketenagakerjaan Khairul Anwar (2018), revolusi industri 4.0 banyak memberikan tantangan dalam berbagi aspek kehidupan terutama ketenagakerjaan yaitu perubahan keterampilan, perubahan jenis pekerjaan dan perubahan pola hidup masyarakat. Terkait keterampilan untuk bekerja, pekerjaan yang berubah menuntut keterampilan yang berubah pula. Perkembangan teknologi membuat suatu pekerjaan tidak terbatas oleh ruang dan waktu di mana pekerja memiliki lebih dari satu mata pencaharian. Dan dampak yang paling dirasakan pada revolusi industri 4.0 adalah kompetensi dan pendapatan antara individu yang memiliki akses komputer dan internet dengan mereka yang tidak tahu teknologi. Dengan harga komputer dan biaya les mahal serta kemampuan ekonomi lemah menyebabkan masyarakat lebih malas akan pengetahuan digital. Hal ini menjadi alasan tingginya ketidaktahuan masyarakat dengan teknologi.
Menurut Badan Pusat Statistik (2018), pada Februari 2018 jumlah angkatan kerja sebanyak 131,55 juta jiwa diantaranya 124,54 juta jiwa bekerja dan 7,01 jiwa pengangguran. Angka pekerja dan pengangguran memang terpaut jauh, namun angka 7,01 juta jiwa masih sangat banyak untuk pengangguran, angka ini kurang lebih setara dengan penduduk Sulawesi Selatan. Apalagi tes CPNS berbasis teknologi komputer baru saja selesai dilaksanakan, tidak menutup kemungkinan bahwa peserta gagal karena mereka tidak memahami teknologi. Menurut ILO (International Labour Organization) tahun 2017, untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, Indonesia harus meningkatkan kualitas keterampilan tenaga kerja dengan teknologi digital. Pernyataan ini menjadi suatu kode menuju revolusi industi 4.0.
Tantangan revolusi industri 4.0 tidak dapat dipungkiri, namun perlu upaya untuk menjawab tantangan tersebut dengan membangun strategi yang mantap dari segala sisi baik itu pihak regulator (pemerintah), kalangan akademisi maupun praktisi (Zhou dkk, 2015). Dalam bidang ketenagakerjaan, pemerintah Indonesia telah memberikan berbagai pelatihan dan sertifikasi bagi para pekerja. Upaya ini dilakukan untuk menghasilkan tenaga kerja yang memiliki skill teknologi guna bersaing dengan pekerja asing (Deny, 2018). Untuk kalangan praktisi mengupayakan tantangan tersebut melalui pendidikan, pengajaran dan menyumbang ilmu pengetahuan melalui penelitian.
Mahasiswa merupakan kalangan akademisi yang dapat memberikan sumbangsih terbesar bagi revolusi industri 4.0. Melalui penerapan tridharma perguruan tinggi yaitu pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Mahasiswa menjadi tonggak revolusi karena memiliki ide-ide cemerlang dan kemampuan untuk mewujudkan inovasi. Hal ini selaras dengan ungkapan yang disampaikan oleh Presiden Pertama Indonesia Ir. Soekarno bahwa “berikan aku 1.000 orang tua niscaya akan kucabut Gunung Semeru dari akarnya lalu berikan aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia”. Ungkapan ini berarti bahwa pemuda memiliki potensi daya kekuatan luar biasa dibandingkan orang tua. Mahasiswa menjadi golongan pemuda yang memiki tingkat intelegensi dan pola pikir yang cerdas dalam membangun bangsa.
Hal ini patut diapresiasi oleh mahasiswa untuk menjalankan perannya sebagai seorang terpelajar. Pendidikan dan penelitian terealisasi dalam lingkup kampus, sedangkan pengabdian kepada masyarakat dilakukan dalam lingkungan masyarakat. Akan tetapi pada kenyataannya, peran ketiga masih kurang dilirik oleh para mahasiswa. Kebanyakan memilih untuk berkoar di tengah jalan, membakar sarana dan prasarana negara demi menegakkan keadilan masyarakat padahal merugikan lebih banyak masyarakat. Memilih tawuran demi kehormatan dan mengabaikan persaudaraan. Mahasiswa diharapkan untuk berpikir kritis namun lebih baik disertai dengan solusi.
Terkait permasalahan ketenagakerjaan, mahasiswa dapat menjalankan peran serta membantu pemerintah dan kalangan akademisi untuk mengatasi tantangan revolusi industri 4.0. Melalui program pendidikan SDO, mahasiswa dapat membantu masyarakat siap kerja yang memiliki pengetahuan teknologi digital yang minim. Program SDO merupakan solusi alternatif yang dilakukan oleh mahasiswa untuk membantu mengatasi masalah ketenagakerjaan.
            Program SDO merujuk pada program pendidikan dan pengenalan dunia digital yang dibutuhkan oleh masyarakat siap kerja. Adapun masyarakat yang dimaksud adalah angkatan kerja baik itu lulusan sekolah dasar, sekolah menengah, perguruan tinggi maupun tidak bersekolah. Program ini dapat dilakukan di mana saja, baik itu di sekitaran kampus, pedesaan (bagi mahasiswa yang liburan di desanya) dan lokasi-lokasi tertentu. Wilayah pedesaan sangat memerlukan program SDO karena lebih banyak masyarakat tidak tahu dengan teknologi, sehingga mahasiswa yang berada di pedesaan saat musim liburan dapat melakukan program ini dan tidak terkendala oleh waktu kuliah.
Dalam masa perkuliahan, waktu pelaksanaan dapat disesuaikan dengan jadwal kuliah mahasiswa, hanya dengan mengatur waktu dengan masyarakat. Fasilitas berupa laptop wajib dibawa oleh mahasiswa, untuk masyarakat juga dapat membawa sendiri. Setiap mahasiswa dapat membimbing sekitar 3-5 orang. Banyaknya mahasiswa yang melakukan program SDO berbanding lurus dengan jumlah masyarakat yang tertolong dengan teknologi digital.
Revolusi industri 4.0 menuai lebih banyak persaingan global sehingga mendorong tenaga kerja untuk eksis dan beradu pengetahuan tentang komputer berbasis Teknologi Informasi (TI) (Sutrisnowati dan Hadi, 2005). TI  mengajak masyarakat untuk bisa berteman baik dengan komputer sebagai wujud nyata digitalisasi. Seorang pekerja minimal menguasai tentang software (perangkat lunak komputer). Menurut berita okezone (28 Juli 2018), sebenarnya software sudah sering digunakan dibangku sekolah untuk mengerjakan tugas sekolah maupun organisasi, namun tidak semua orang mahir menggunakannya secara optimal. Sedangkan era digital memaksa pekerja untuk bisa mengoperasikannya dengan baik dan cepat. Dalam dunia kerja terdapat minimal 6 software yang wajib diketahui oleh pekerja yaitu microsoft office, PDF reader, adobe photoshop, software cloud storage, aplikasi chatting, dan software manajemen email.
Pendidikan SDO membagi keenam software tersebut ke dalam tiap kelas, jadi terdapat 6 kelas pendidikan dan tentu saja dilengkapi oleh akses internet. Strategi pelaksana program pendidikan SDO mengacu pada tugas mahasiswa dalam menyukseskan program ini. Strategi tersebut diuraikan sebagai berikut.
1.        To Promote
Tahap awal pelaksanaan program ini adalah mahasiswa memperkenalkan pendidikan SDO kepada halayak umum melalui media sosial, bantuan informasi pemerintah maupun penyampaian langsung kepada masyarakat. Program ini merupakan wujud nyata kepedulian mahasiswa untuk membantu angkatan kerja di Indonesia dalam mempersiapkan diri menuju era digital sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya apapun. Oleh karena itu, promosi kegiatan dapat menarik minat masyarakat untuk ikut serta dalam pendidikan.
2.        To Accepted
Selanjutnya mahasiswa menerima peserta pendidikan yang telah mendaftar lalu menempatkannya ke dalam kelas yang diinginkan terlebih dahulu. Meskipun demikian, masyarakat dalam hal ini peserta masih dapat mempelajari keseluruhan program selama masa pendidikan. Sehingga dapat memantapkan diri untuk memasuki dunia kerja di era digital.
3.        To Deal
Setelah itu peserta dan mahasiswa pembimbing membuat kesepakatan untuk mengatur jadwal dan lokasi yang tepat untuk belajar. Kesepakatan yang dicapai tentu saja tidak merugikan pihak siapapun, akan tetapi saling melengkapi guna menyelesaikan tantangan revolusi industri 4.0.
4.        To Learn
Mahasiswa memperkenalkan sistem komputer (berbagai macam hardware) terlebih dahulu lalu mengajarkan teknik-teknik dasar penggunaan software seperti pengenalan tool and tab. Kemudian cara mengoperasikan software beserta tujuan penggunaannya.
5.      To Do Together
Tahap akhir pendidikan adalah mahasiswa memberikan informasi dan membantu masyarakat untuk mendaftar pekerjaan secara online. Selain itu, tahap akhir ini juga berorientasi pada kemungkinan mahasiswa dan masyarakat membangun suatu usaha berbasis digital.
Pendidikan SDO merupakan program pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa untuk memberikan bekal pengetahuan digital kepada masyarakat siap kerja. Program ini sekaligus mengisi waktu luang mahasiswa dengan kegiatan positif untuk pembangunan bangsa. Meskipun pendidikan SDO hanya sebuah program pengabdian masyarakat, akan tetapi pelaksanaan program yang dilakukan secara maksimal dapat meningkatkan kualitas masyarakat.
Tantangan revolusi industri 4.0 menjadi suatu pekerjaan rumah (PR) bagi generasi muda khususnya mahasiswa. Masalah yang dialami oleh masyarakat akan minimnya pengetahuan digital memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk terjun langsung dalam menjawab tantangan tersebut. Pendidikan SDO hadir sebagai solusi mahasiswa dalam mengatasi permasalahan masyarakat dalam menghadapi dunia kerja. Untuk kedepannya, masyarakat smart digital akan terus bertambah dan mengurangi angka pengangguran di Indonesia.


Created by : Dirayanti, 2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar