
Menurut Sekertariat
Jenderal Kementrian Ketenagakerjaan Khairul Anwar (2018), revolusi industri 4.0 banyak memberikan tantangan dalam berbagi aspek
kehidupan terutama ketenagakerjaan yaitu perubahan keterampilan, perubahan
jenis pekerjaan dan perubahan pola hidup masyarakat. Terkait keterampilan untuk
bekerja, pekerjaan yang berubah menuntut keterampilan yang berubah pula.
Perkembangan teknologi membuat suatu pekerjaan tidak terbatas oleh ruang dan
waktu di mana pekerja memiliki lebih dari satu mata pencaharian. Dan dampak
yang paling dirasakan pada revolusi industri 4.0 adalah kompetensi dan
pendapatan antara individu yang memiliki akses komputer dan internet dengan
mereka yang tidak tahu teknologi. Dengan harga komputer dan biaya les mahal
serta kemampuan ekonomi lemah menyebabkan masyarakat lebih malas akan
pengetahuan digital. Hal ini menjadi alasan tingginya ketidaktahuan masyarakat
dengan teknologi.
Menurut Badan Pusat
Statistik (2018), pada Februari 2018 jumlah angkatan kerja sebanyak 131,55 juta
jiwa diantaranya 124,54 juta jiwa bekerja dan 7,01 jiwa pengangguran. Angka
pekerja dan pengangguran memang terpaut jauh, namun angka 7,01 juta jiwa masih
sangat banyak untuk pengangguran, angka ini kurang lebih setara dengan penduduk
Sulawesi Selatan. Apalagi tes CPNS berbasis teknologi komputer baru saja
selesai dilaksanakan, tidak menutup kemungkinan bahwa peserta gagal karena
mereka tidak memahami teknologi. Menurut ILO (International Labour Organization) tahun 2017, untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, Indonesia harus
meningkatkan kualitas keterampilan tenaga kerja dengan teknologi digital. Pernyataan
ini menjadi suatu kode menuju revolusi industi 4.0.
Tantangan revolusi
industri 4.0 tidak dapat dipungkiri, namun perlu upaya untuk menjawab tantangan
tersebut dengan membangun strategi yang mantap dari segala sisi baik itu pihak
regulator (pemerintah), kalangan akademisi maupun praktisi (Zhou dkk, 2015).
Dalam bidang ketenagakerjaan, pemerintah Indonesia telah memberikan berbagai
pelatihan dan sertifikasi bagi para pekerja. Upaya ini dilakukan untuk
menghasilkan tenaga kerja yang memiliki skill
teknologi guna bersaing dengan pekerja asing (Deny, 2018). Untuk kalangan
praktisi mengupayakan tantangan tersebut melalui pendidikan, pengajaran dan
menyumbang ilmu pengetahuan melalui penelitian.
Mahasiswa merupakan
kalangan akademisi yang dapat memberikan sumbangsih terbesar bagi revolusi
industri 4.0. Melalui penerapan tridharma perguruan tinggi yaitu pendidikan,
penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Mahasiswa menjadi tonggak revolusi
karena memiliki ide-ide cemerlang dan kemampuan untuk mewujudkan inovasi. Hal ini
selaras dengan ungkapan yang disampaikan oleh Presiden Pertama Indonesia Ir.
Soekarno bahwa “berikan aku 1.000 orang tua niscaya akan kucabut Gunung Semeru
dari akarnya lalu berikan aku 10 pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia”. Ungkapan
ini berarti bahwa pemuda memiliki potensi daya kekuatan luar biasa dibandingkan
orang tua. Mahasiswa menjadi golongan pemuda yang memiki tingkat intelegensi
dan pola pikir yang cerdas dalam membangun bangsa.
Hal ini patut
diapresiasi oleh mahasiswa untuk menjalankan perannya sebagai seorang
terpelajar. Pendidikan dan penelitian terealisasi dalam lingkup kampus,
sedangkan pengabdian kepada masyarakat dilakukan dalam lingkungan masyarakat.
Akan tetapi pada kenyataannya, peran ketiga masih kurang dilirik oleh para
mahasiswa. Kebanyakan memilih untuk berkoar di tengah jalan, membakar sarana
dan prasarana negara demi menegakkan keadilan masyarakat padahal merugikan
lebih banyak masyarakat. Memilih tawuran demi kehormatan dan mengabaikan
persaudaraan. Mahasiswa diharapkan untuk berpikir kritis namun lebih baik
disertai dengan solusi.
Terkait permasalahan ketenagakerjaan,
mahasiswa dapat menjalankan peran serta membantu pemerintah dan kalangan
akademisi untuk mengatasi tantangan revolusi industri 4.0. Melalui program
pendidikan SDO, mahasiswa dapat membantu masyarakat siap kerja yang memiliki
pengetahuan teknologi digital yang minim. Program SDO merupakan solusi
alternatif yang dilakukan oleh mahasiswa untuk membantu mengatasi masalah
ketenagakerjaan.
Program SDO
merujuk pada program pendidikan dan pengenalan dunia digital yang dibutuhkan
oleh masyarakat siap kerja. Adapun masyarakat yang dimaksud adalah angkatan
kerja baik itu lulusan sekolah dasar, sekolah menengah, perguruan tinggi maupun
tidak bersekolah. Program ini dapat dilakukan di mana saja, baik itu di
sekitaran kampus, pedesaan (bagi mahasiswa yang liburan di desanya) dan
lokasi-lokasi tertentu. Wilayah pedesaan sangat memerlukan program SDO karena lebih
banyak masyarakat tidak tahu dengan teknologi, sehingga mahasiswa yang berada
di pedesaan saat musim liburan dapat melakukan program ini dan tidak terkendala
oleh waktu kuliah.
Dalam masa perkuliahan,
waktu pelaksanaan dapat disesuaikan dengan jadwal kuliah mahasiswa, hanya
dengan mengatur waktu dengan masyarakat. Fasilitas berupa laptop wajib dibawa
oleh mahasiswa, untuk masyarakat juga dapat membawa sendiri. Setiap mahasiswa
dapat membimbing sekitar 3-5 orang. Banyaknya mahasiswa yang melakukan program
SDO berbanding lurus dengan jumlah masyarakat yang tertolong dengan teknologi
digital.
Revolusi industri 4.0
menuai lebih banyak persaingan global sehingga mendorong tenaga kerja untuk
eksis dan beradu pengetahuan tentang komputer berbasis Teknologi Informasi (TI)
(Sutrisnowati dan Hadi, 2005). TI mengajak
masyarakat untuk bisa berteman baik dengan komputer sebagai wujud nyata
digitalisasi. Seorang pekerja minimal menguasai tentang software (perangkat lunak komputer). Menurut berita okezone (28
Juli 2018), sebenarnya software sudah
sering digunakan dibangku sekolah untuk mengerjakan tugas sekolah maupun
organisasi, namun tidak semua orang mahir menggunakannya secara optimal.
Sedangkan era digital memaksa pekerja untuk bisa mengoperasikannya dengan baik
dan cepat. Dalam dunia kerja terdapat minimal 6 software yang wajib diketahui oleh pekerja yaitu microsoft office, PDF reader, adobe photoshop, software
cloud storage, aplikasi chatting,
dan software manajemen email.
Pendidikan SDO membagi
keenam software tersebut ke dalam
tiap kelas, jadi terdapat 6 kelas pendidikan dan tentu saja dilengkapi oleh
akses internet. Strategi pelaksana program pendidikan SDO mengacu pada tugas
mahasiswa dalam menyukseskan program ini. Strategi tersebut diuraikan sebagai
berikut.
1.
To
Promote
Tahap awal pelaksanaan program ini
adalah mahasiswa memperkenalkan pendidikan SDO kepada halayak umum melalui
media sosial, bantuan informasi pemerintah maupun penyampaian langsung kepada
masyarakat. Program ini merupakan wujud nyata kepedulian mahasiswa untuk
membantu angkatan kerja di Indonesia dalam mempersiapkan diri menuju era
digital sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya apapun. Oleh karena itu, promosi
kegiatan dapat menarik minat masyarakat untuk ikut serta dalam pendidikan.
2.
To
Accepted
Selanjutnya mahasiswa menerima
peserta pendidikan yang telah mendaftar lalu menempatkannya ke dalam kelas yang
diinginkan terlebih dahulu. Meskipun demikian, masyarakat dalam hal ini peserta
masih dapat mempelajari keseluruhan program selama masa pendidikan. Sehingga
dapat memantapkan diri untuk memasuki dunia kerja di era digital.
3.
To
Deal
Setelah itu peserta dan mahasiswa
pembimbing membuat kesepakatan untuk mengatur jadwal dan lokasi yang tepat
untuk belajar. Kesepakatan yang dicapai tentu saja tidak merugikan pihak
siapapun, akan tetapi saling melengkapi guna menyelesaikan tantangan revolusi
industri 4.0.
4.
To
Learn
Mahasiswa memperkenalkan sistem
komputer (berbagai macam hardware)
terlebih dahulu lalu mengajarkan teknik-teknik dasar penggunaan software seperti pengenalan tool and tab. Kemudian cara
mengoperasikan software beserta
tujuan penggunaannya.
5. To Do Together
Tahap akhir pendidikan adalah
mahasiswa memberikan informasi dan membantu masyarakat untuk mendaftar
pekerjaan secara online. Selain itu, tahap akhir ini juga berorientasi pada
kemungkinan mahasiswa dan masyarakat membangun suatu usaha berbasis digital.
Pendidikan SDO
merupakan program pengabdian masyarakat yang dilakukan oleh mahasiswa untuk
memberikan bekal pengetahuan digital kepada masyarakat siap kerja. Program ini
sekaligus mengisi waktu luang mahasiswa dengan kegiatan positif untuk
pembangunan bangsa. Meskipun pendidikan SDO hanya sebuah program pengabdian
masyarakat, akan tetapi pelaksanaan program yang dilakukan secara maksimal
dapat meningkatkan kualitas masyarakat.
Tantangan revolusi
industri 4.0 menjadi suatu pekerjaan rumah (PR) bagi generasi muda khususnya
mahasiswa. Masalah yang dialami oleh masyarakat akan minimnya pengetahuan
digital memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk terjun langsung dalam
menjawab tantangan tersebut. Pendidikan SDO hadir sebagai solusi mahasiswa
dalam mengatasi permasalahan masyarakat dalam menghadapi dunia kerja. Untuk
kedepannya, masyarakat smart digital akan
terus bertambah dan mengurangi angka pengangguran di Indonesia.
Created by : Dirayanti, 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar