Senin, 12 November 2018


KARBOHIDRAT KOMPLEKS (POLISAKARIDA)

Menurut Nelson dan Cox (2013), karbohidrat adalah polihidroksi aldehida atau polihidroksi keton. Karbohidrat memiliki empiris rumus (CH2O)n. Ada tiga kelas utama karbohidrat, yaitu monosakarida, oligosakarida, dan polisakarida (Kata sakarida berasal dari bahasa Yunani sakcharon, yang berarti gula). Monosakarida atau gula sederhana, terdiri dari aldehida polihidroksi tunggal atau unit keton. Monosakarida yang paling banyak terdapat di alam adalah karbohidrat enam karbon yaitu D-glukosa atau disebut juga dengan dekstrosa. Monosakarida lebih dari empat karbon cenderung memiliki struktur siklik. Monosakirda diklasifikasikan menjadi triosa, tetrosa, pentosa, heksosa atau heptosa bergantung pada jumlah atom karbonnya (3-7). Selain itu, monosakarida juga dapat digolongkan berdasarkan gugus yang diikatnya. Monosakrida yang mengikat gugus keton tergolong sebagai ketosa, sedangkan monosakrida yang mengikat gugus aldehid tergolong sebagai aldosa (Murray dkk., 2014).
Karbohidrat adalah biomolekul yang paling melimpah di dunia. Setiap tahun, fotosintesis mengkonversi lebih dari 100 miliar metrik ton CO2 dan H2O menjadi selulosa dan produk tanaman lainnya. Karbohidrat tertentu (gula dan pati) adalah makanan pokok di sebagian besar dunia, dan oksidasi karbohidrat adalah pusat jalur yang menghasilkan energi di sebagian besar non-fotosintetik sel. Polimer karbohidrat berfungsi sebagai struktur dan unsur pelindung pada dinding sel bakteri dan tanaman dan dalam jaringan ikat hewan. Polimer karbohidrat lainnya melumasi sendi tulang dan berpartisipasi dalam pengakuan dan adesi antara sel (Nelson dan Cox, 2013).

Menurut Murray dkk. (2014), karbohidrat merupakan turunan aldehid atau keton dari alkohol polihidrat. Karbohidrat dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1.    monosakrida adalah karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis lagi menjadi lebih sederhana. Contohnya glukosa memiliki rumus C6H12O6 merupakan golongan heksosa dan aldosa karena mengandung gugus aldehid.
2.    disakarida merupakan produk kondensasi dari dua unit monosakarida. Misalnya laktosa, maltosa dan sukrosa.
3.    oligosakarida adalah produk kondensasi dari tiga hingga sepuluh monosakarida.
4.    polisakarida adalah produk kondensasi dari sepuluh unit monosakrida, misalnya pati yang dikenal sebagai suatu polimer.
            Menurut Juanda dan Cahyono (2000), ubi jalar termasuk dalam golongan tanaman semusim (berumur pendek). Tanaman ubi jalar hanya satu kali berproduksi dan setelah itu tanaman mati. Tanaman ini tumbuh menjalar pada permukaan tanah dengan panjang tanaman dapat mencapai tiga meter, tergantung pada varietasnya. Tanaman ubi jalar dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut:
Divisi               : Spermatophyta
Subdivisi         : Angiospermae
Kelas               : Dicotyledonae
Ordo                : Convolvulales
Famili              : Convolvulaceae
Genus              : Ipomea
Spesies : Ipomea batatas
            Beberapa negara maju seperti Jepang, Taiwan, Cina, Amerika, dan Korea telah memanfaatkan ubi jalar seoptimal mungkin. Ubi jalar diolah menjadi mie instant, tepung granula, saos, roti, kue, dan sebagainya. Selain itu ubi jalar juga dapat diolah menjadi gula fruktosa yang kemudian digunakan sebagai pemanis buatan (Juanda dan Cahyono, 2000).
            Amilum mengandung amilosa dan amilopektin yang bermanfaat dalam industri dan sangat mempengaruhi kualitas produk yang dihasilkan. Amilum dapat diperoleh dari beberapa jenis umbi seperti ubi jalar. Kadar amilum dalam ubi jalar dapat dihitung dengan metode hidrolisis asam dan dilanjutkan dengan analisis kadarnya menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis. Kadar amilum pada ubi jalar sebesar 84,89% dengan rasio amilosa/amilopektin masing-masing sebesar 31,86% : 53% (amilosa : amilopektin). Kebanyakan ubi jalar digunakan dalam industri pangan seperti pembuatan keripik, karena adanya amilopektin yang bersifat merangsang terjadinya proses mekar (puffing) dimana produk makanan yang berasal dari amilum yang kandungan amilopektinnya tinggi akan bersifat ringan, garing dan renyah (Pramesti dkk., 2015).
            Amilum juga dapat digunakan dalam industri obat-obatan. Amilum diolah
bersama dengan sagu menjadi amilum sagu pregelatinized yang berfungsi untuk menghancurkan tablet yang dibuat dengan bahan pengisi yang tidak larut dalam air. Adanya amilum ini menyebabkan waktu penghancuran dari tablet dapat lebih efektif dan efisien (Saifullah, 2003).
            Amilum atau zat pati dan juga dikenal sebagai zat tepung merupakan suatu glukosa dan cadangan persediaan makanan bagi tanaman. Amilum dalam tanaman dapat ditemui dalam akar, umbi atau biji tanaman. Poliosa ini merupakan sumber kalori yang sangat penting untuk tubuh, karena sebagaian besar karbohidrat dalam makanan terdapat dalam bentuk amilum. Rasa dari amilum tidak manis karena terbentuk dari proses asimilasi dalam tanaman. Adapun beberapa tanaman yang mengandung amilum antara lain ubi kayu, kentang, sagu, dan jenis gandum lainnya (Sumardjo, 2006).
            Amilum bersifat hidrofobik yaitu tidak dapat larut dalam air, tetapi apabila dipanaskan dengan air yang cukup, ternyata zat ini terdiri atas dua fraksi. Fraksi tersebut adalah fraksi yang larut yaitu amilosa dan fraksi yang tidak larut yaitu amilopektin. Kadar amilosa dalam berbagai jenis amilum umumnya tidak sama sekitar 10-25% (Sumardjo, 2006).
            Retrogradasi pati terutama disebabkan oleh fraksi amilosa pati. Sedangkan uji kuantitas amilosa dapat dilakukan dengan pewarnaan oleh indikator iodium. Amilosa ditambahkan iodium akan memberikan warna biru yang segera hilang bila dipanaskan dan timbul kembali setelah didinginkan (Nwokocha dkk., 2014).
Struktur kimia amilosa berupa rantai tidak bercabang dan tersusun atas satuan -D-glukopiranosa, dengan ikatan 1,4-glikosida. Berdasarkan susunan tersebut, amilosa dapat dianggap sebagai polimer glukosa atau polimer maltosa. Suatu penelitian membuktikan bahwa struktur molekul amilosa bukan berbentuk rantai lurus, melainkan berupa polimer berantai panjang berbentuk spiral atau      -heliks (Sumardjo, 2006).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar