LAPORAN BIOKIMIA
ISOLASI ENZIM a-AMILASE DARI RAGI
BAB I
ISOLASI ENZIM a-AMILASE DARI RAGI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Makhluk
hidup melakukan metabolisme sebagai bentuk kehidupan yang terjadi di alam.
Metabolisme tersebut membutuhkan berbagai jenis metabolit mulai dari metabolit
primer, metabolit sekunder hingga zat-zat lain yang dapat membantu metabolisme
tubuh. Salah satu bentuk metabolit sekunder yang mengambil peranan penting pada
jalur metabolisme adalah enzim. Reaksi biokimia dalam tubuh makhluk hidup dapat
berjalan cepat karena dikatalisis oleh suatu enzim. Kerja enzim sangat spesifik
terhadap reaksi yang dikatalisisnya karena adanya substrat, serta memiliki
kemampuan yang unik saat diisolasi. Enzim melakukan transformasi kimia yang
khas dan dapat meningkatkan penggunaan enzim untuk proses industri tekstil, pangan
dan minuman, bahan kimia, bidang farmasi seperti obat-obatan dan sebagainya
(Susilawati dkk., 2015).
Enzim amilase merupakan salah satu
enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme. Enzim amilase memiliki kemampuan
hidrolitik untuk memecah ikatan glikosida yang terdapat pada amilum menjadi
molekul-molekul yang lebih kecil seperti glukosa, maltosa, dan dekstrin (Susilawati
dkk., 2015). Salah satu enzim amilase yang banyak digunakan adalah enzim
α-amilase, yaitu enzim yang mengkatalisis reaksi hidrolisis ikatan 1,4
glikosida pada amilosa. Enzim α-amilase dapat ditemukan dari berbagai sumber
tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme. Adapun mikroorganisme yang mampu
menghasilkan enzim ini adalah Saccharomyces
cerevisiae (Sari dkk., 2013). Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan
suatu percobaan untuk mengisolasi enzim α-amilase dari ragi pasar.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Maksud
dilakukannya percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami
isolasi enzim α-amilase dari ragi pasar.
1.2.2
Tujuan Percobaan
Tujuan
dilakukannya percobaan ini adalah
untuk:
1. mengetahui dan memahami isolasi enzim
α-amilase dari bakteri ragi pasar,
2. menentukan
aktivitas enzim α-amilase dari ragi pasar.
1.3
Prinsip Percobaan
Prinsip
dari percobaan ini adalah mengisolasi enzim α-amilase dari ragi pasar dengan
menumbuhkan bakteri ragi Saccharomyces
cereviciae melalui medium inokulum dan produksi kemudian dilakukan uji
kualitatif enzim α-amilase menggunakan iodin. Enzim α-amilase yang diperoleh
diuji aktivitasnya menggunakan metode DNS.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Enzim
Enzim digolongkan dalam
kelompok biomolekul protein. Enzim menjalankan berbagai fungsi biologis serta
mengatur reaksi-reaksi kimia dalam sistem metabolisme tubuh. Bagi suatu
organisme, enzim digunakan sebagai suatu katalis hayati yang mampu meningkatkan
laju reaksi kimiawi (Sunarya, 2012).
Enzim adalah suatu
biokatalis yang unggul dan memiliki efisiensi yang tinggi untuk memepercepat
reaksi dibandingkan dengan katalis anorganik. Adanya bagian sisi aktif dari
enzim menyebabkan enzim memiliki sifat-sifat yang selektif bahkan
stereoselektif untuk setiap substratnya. Selain itu keunggulan reaksi enzimatik
dapat dilihat dari produk residu yang kurang terbentuk dibandingkan dengan
reaksi pada umumnya. Kemampuan katalitik enzim dapat berjalan meskipun pada
kondisi lemah untuk bereaksi, hal ini disebabkan oleh kerja enzim yang bergantung
pada pH dan suhu optimumnya (Sunarya, 2012).
Enzim didefinisikan
sebagai suatu protein dengan struktur tiga dimensi yang berfungsi untuk
mengkatalisis reaksi-reaksi biomolekul dalam hal ini berbagai jenis aktivitas
biokatalitik. Enzim bekerja dengan cara menurunkan energi aktivasi reaksi
sehingga reaksi berjalan lebih cepat. Adanya energi bebas yang terdapat pada
pereaksi antarmedia menyebabkan energi bebas tersebut menjadi lebih rendah dan
tidak stabil. Pada umumnya, interaksi enzim dengan molekul lain memiliki kerja
yang sama dengan protein. Asam-asam amino menjadi penentu aktivasi yang
berhubungan dengan sisi aktif enzim. Selain itu, interaksi enzim juga dapat
dipengaruhi oleh larutan disekitarnya, sifat asam basa dan gugus fungsional pada
permukaan enzim serta kelarutannya (Sunarya, 2012).
Proses biokimia terkatalis
enzim dapat terjadi dalam sel maupun di luar sel. Enzim dapat bekerja
meningkatkan kecepatan reaksi dari 108 hingga 1011
daripada suatu reaksi tanpa terkatalis enzim. Oleh karena itu, enzim merupakan
katalis yang sangat efisien. Selain itu, enzim juga dikenal mempunyai derajat
kekhasan yang tinggi (Poedjiadi dan Supriyanti, 1994).
Enzim bekerja menurunkan
energi aktivasi reaksi dan mendorong untuk membentuk produk. Enzim bekerja
melalui banyak mekanisme seperti fosforilasi dan penghambatan produk atau
lokalisasi. Dalam melakukan kerja di dalam tubuh, enzim membutuhkan senyawa
kimia yang lain seperti kofaktor. Suatu kofaktor terdiri atas ion anorganik
terutama ion logam, senyawa kompleks dan senyawa organologam yang dikenal
dengan koenzim (Werk dan Fernandis, 2007).
Suatu enzim bekerja secara
spesifik dengan substrat yang sesuai dengan sisi aktifnya. Reaksi yang terjadi
sangat cepat dan fantastis. Setiap enzim memiliki model yang berbeda-beda
sesuai dengan fungsinya. Contohnya enzim yang bekerja secara hidrolitik dalam
mengkatalisis reaksi pemecahan molekul protein disebut sebagai enzim
proteolitik atau protease. Enzim ini memecah ikatan peptida pada rantai
polipeptida, sehingga bisa disebut juga dengan enzim peptidase. Enzim ini
terdiri atas dua jenis yaitu endopeptidase dan eksopeptidase (Gilbert, 2000).
2.2 Enzim
Amilase
Enzim amilase adalah enzim pencernaan yang menghidrolisis ikatan glikosidik
pada pati menjadi glukosa, maltosa, maltotriosa dan dekstrin. Hasil hidrolisis
ini memiliki potensi dalam bidang industri farmasi dan makanan. Untuk
meningkatkan produktivitas potensi amilase, suatu organisme harus dimodifikasi. Hal ini dapat dicapai dalam
dua cara, yaitu peningkatan ketegangan sel oleh mutasi dan seleksi, serta penggunaan enzim amilase rekombinasi yang
diproduksi oleh mikroorganisme menggunakan cara fermentasi (Shing dkk., 2011).
Enzim amilase adalah salah satu enzim
golongan hidrolase yang banyak digunakan dalam reaksi kimia. Enzim ini bekerja
secara acak dengan membelah ikatan glikosida internal dalam pati untuk menghidrolisis dan
menghasilkan dekstrin dan
oligosakarida. Enzim amilase
digunakan dalam bidang industri pengolahan pati untuk hidrolisis polisakarida,
seperti pati menjadi konstituen gula sederhana. Selain itu dengan adanya
batasan baru dalam bioteknologi, spektrum aplikasi amilase telah berkembang menjadi banyak dalam berbagai bidang baru, seperti
klinis, farmasi dan kimia analitik (Tiwari dkk., 2015).
2.3
Enzim α-Amilase
Enzim
-amilase merupakan suatu enzim yang
memiliki struktur sisi aktif yang terdiri atas gugus karboksil dan nitrogen.
Sedangkan substrat enzim akan berikatan secara kompleks adsorbsi dengan sisi
aktif enzim pada posisi ikatan glikosidik yang saling berhadapan dengan gugus
karboksil dan kelompok imidizol. Bagian nukleofil C (1) (karbon pertama)
substrat, akan diserang oleh karboksil anion untuk menetralkan rantai ion
amidazol. Kelompok imidizol ini berperan dalam reaksi deglukosilasi untuk
memisahkan komponen air pada posisi C (1) (karbon pertama). Aktivitas dari enzim
-amilase dapat diketahui dengan cara
mengukur penurunan pati terlarut atau mengukur jumlah gula pereduksi yang
dihasilkan (Ariandi, 2016).
Enzim α-amilase dengan
kode EC 3.2.1.1 merupakan golongan enzim yang menghidrolisis pemutusan ikatan
α-1,4-glikosidik pada amilosa secara acak untuk menghasilkan suatu glukosa,
maltosa dan dekstrin, serta tidak berperan dalam pemutusan ikatan amilopektin yaitu
pada ikatan α-1,6-glikosidik. Golongan enzim α-amilase dapat diisolasi dari
mikoroorganisme, seperti bakteri Saccharomyces
cerevisiae (Sari dan Anam, 2013).
Enzim amilase dapat
digolongkan menjadi tiga jenis enzim dengan fungsi spesifiknya yaitu enzim
-amilase,
-amilase dan
-amilase.
Enzim
-amilase adalah enzim hidrolase yang
mengkatalis hidrolisis glukosa dan maltosa. Ada dua jenis enzim hidrolase,
yaitu endo-hidrolase dan exo-hidrolase. Enzim endo-hidrolase bertindak pada
bagian dalam molekul substrat, sedangkan exo-hidrolase bertindak pada terminal
substrat. Enzim
-amilase adalah enzim exo-hidrolase yang
bekerja pada ujung nonpereduksi rantai polisakarida dengan hidrolisis
-1,4-glikosidik untuk menghasilkan unit maltosa. Oleh
karena itu, enzim ini tidak dapat memecah ikatan bercabang pada polisakarida
seperti cabang pada glikogen atau amilopektin. Hidrolisis berjalan secara tidak lengkap dan unit
dekstrinnya tetap. Sedangkan jenis enzim
-amilase
memiliki
fungsi dalam pemecahan glikosidik yaitu pada
ikatan
-1,6-glikosidik (Sundarram dan Murthy, 2014).
Enzim
-amilase bekerja melalui 2 tahapan
mekanisme yaitu tahap degradasi amilosa menjadi maltosa dan maltotriosa. Tahap
ini terjadi sangat cepat menurunkan viskositas sehingga terjadi secara acak.
Sedangkan tahap kedua pembentukan hasil akhir glukosa dan maltosa yang tidak
acak. Mekanisme ini hanya berlaku pada pemutusan ikatan amilosa. Mekanisme yang
berbeda terjadi pada pemutusan amilopektin (Ariandi, 2016).
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1Bahan Percobaan
Bahan-bahan yang
digunakan dalam percobaan ini adalah ragi pasar, akuades, alkohol 90%, NA (nutrien agar),
NB (nutrien broth), pati 1%, lugol
iodin, buffer fosfat 0,2 M pH 7, reagen DNS, Aluminium foil, kertas label, kapas, kain kasa, benang, tissue
roll, dan sabun.
3.2 Alat Percobaan
Alat
yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas
kimia 25 mL, gelas kimia 50 mL, gelas kimia 500 mL, gelas ukur 10 mL, gelas
ukur 100 mL, labu ukur 10 mL, labu ukur 100 mL, erlenmeyer, tabung reaksi, pipet
tetes, cawan petri, inkubator, autoclave,
shaker, ose, spektrofotometer UV-Vis,
hot plate, vorteks, stopwatch, pipet mikro, batang pengaduk, sendok tanduk dan lemari enkas.
3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Pembuatan Substrat
Ditimbang 1 g pati dan dilarutkan dengan 100 mL akuades.
3.3.2 Pembuatan Medium Agar
Ditimbang 2 g NA
2% dan 1 g subsrat pati 1%, kemudian dilarutkan dalam 100 mL akuades dan
dipanaskan. Setelah NA 2% dan pati 1% homogen, larutan disterilisasi pada suhu
121 ºC dengan tekanan 2 atm. Kemudian medium dituang ke dalam cawan petri.
3.3.3 Pembuatan Medium Agar Miring
Ditimbang 2 g NA
2% dan 1 g subsrat pati 1%, kemudian dilarutkan dalam 100 mL akuades dan
dipanaskan. Setelah NA 2% dan pati 1% homogen, larutan disterilisasi pada suhu
121 ºC dengan tekanan 2 atm. Kemudian medium dituang ke dalam tabung reaksi dan
diletakkan miring.
3.3.4 Pembuatan Medium Inokulum
Ditimbang 4 gram NB dan 5 g subsrat 1%. Dilarutkan dengan 500 mL akuades
dan dipanaskan. Kemudian disterilisasi pada suhu 121ºC dan tekanan 2 atm.
3.3.5 Pembuatan Medium Produksi
Ditimbang 4 gram NB dan 5 g subsrat 1%. Dilarutkan dengan 500 mL akuades
dan dipanaskan. Kemudian disterilisasi pada suhu 121ºC dan tekanan 2 atm.
3.3.6 Isolasi Bakteri dari Ragi Pasar
Ditimbang 0,1
g ragi pasar dan dilarutkan dalam 10 ml akuades. Diencerkan hingga 10-5
dan 10-6. Pengenceran 10-5 dan 10-6 diambil 1
mL dan dituang kedalam cawan petri yang berisi medium agar. Diinkubasi 48 jam
pada suhu 30 oC. Isolat bakteri yang tumbuh diambil 1 ose dan
digores pada medium agar miring. Kemudian diinkubasi selama 24 jam dan isolat
yang tumbuh disimpan sebagai stok bakteri. Medium agar yang telah ditumbuhi
bakteri tersebut dilakukan uji iodin untuk mengetahui terbentuknya zona bening
yang menandakan adanya enzim α-amilase.
3.3.5 Isolasi Enzim α-Amilase dari ragi pasar
Isolat bakteri diambil 1 ose dan
diinokulasikan pada medium inokulum, kemudian medium tersebut dishaker pada
suhu 30 oC selama 24 jam, setelah itu diambil 10% inokulum aktif dan
dimasukkan kedalam medium produksi, kemudian di shaker kembali pada suhu 30 oC
selama 24 jam. Kemudian medium produksi tersebut diendapkan selama 24 jam untuk
memisahkan enzim dengan bakterinya. Setelah itu dilakukan dekantasi dan diambil
supernatan atau filtratnya sebagai ekstrak kasar enzim α-amilase.
3.3.6 Uji Aktivitas Enzim α-Amilase
Sebanyak 0,5 mL ekstrak enzim alpha amilase ditambahkan
0,5 mL buffer fosfat pH 7 dan 0,5 mL substrat pati 1%, kemudian divortex selama
10 detik, setelah itu diinkubasi pada suhu 50oC selama 30 menit,
kemudian ditambahkan 1,5 mL reagen DNS, lalu ditutup aluminium foil,
selanjutnya dipanaskan dalam air mendidih selama 10 menit, kemudian didinginkan
dalam air es. Setelah itu diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer
pada panjang gelombang maksimum dan menggunakan larutan standar glukosa 100
ppm, 200 ppm, 300 ppm, 400 ppm, dan 500 ppm.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
Tabel 1. Aktivitas Enzim α-Amilase
No.
|
Ekstrak Kasar
Enzim
|
Aktivitas
Enzim (Unit/mL)
|
1
|
Sampel Pengenceran 10-5
|
0,45
|
2
|
Sampel Pengenceran 10-6
|
0,098
|
4.2 Reaksi
Enzim
α-amilase
|
4.3 Pembahasan
Percobaan ini dilakukan untuk
mengisolasi enzim α-amilase dari ragi pasar. Di mana ragi pasar diencerkan
hingga 10-5 dan 10-6. Hasil pengenceran kemudian diambil
1 mL dan dituangkan ke dalam cawan petri yang berisi medium agar. Ada tiga
cawan petri yang digunakan yaitu satu untuk 10-5 dan dua untuk 10-6.
Cawan ini diawali dengan mensterilisasi alat dan
bahan praktikum. Sampel ragi pasar yang telah diencerkan hingga 10-5
dan 10-6, ditanam duplo pada empat cawan petri yang beirisi medium
agar. Medium ini berfungsi sebagai medium pertumbuhan bakteri. Oleh karena itu,
didiamkan selama 24 jam sebagai waktu fase bakteri untuk tumbuh. Setelah itu,
dari cawan petri tersebut diambil 1 ose bakteri dengan cara menggores
menggunakan ose pada bagian berwarna putih di permukaan medium agar. Kemudian
dipindahkan ke medium agar miring dengan cara menggores zig zag. Medium ini
juga berfungsi sebagai wadah pertumbuhan atau peremajaan bakteri, namun bakteri
yang diharapkan berkembang biak adalah bakteri penghasil enzim α-amilase. Oleh
karena itu, penggoresan secara zig zag dilakukan sebagai tanda bahwa bakteri
ragi hanya tumbuh pada daerah tersebut.
Selanjutnya
dilakukan pengujian iodin untuk membuktikan bahwa bakteri ragi yang diisolasi
merupakan bakteri penghasil enzim α-amilase. Hal ini ditandai dengan permukaan
medium agar setelah ditetesi iodin terbentuk zona bening atau tetap berwarna
kuning seperti warna iodin dan medium agar. Enzim α-amilase telah mengubah pati
yang terlarut dalam medium agar menjadi gula sederhana seperti glukosa dan
maltosa. Oleh karena itu, iodin tidak bereaksi dengan pati. Namun warna ungu
menandakan tidak adanya bakteri penghasil enzim α-amilase pada daerah tersebut
karena iodin bereaksi dengan pati terlarut menghasilkan warna ungu.
Setelah
didiamkan selama 24 jam, dilakukan penggoresan pada bagian zig zag tersebut,
lalu dipindahkan ke dalam medium inokulum. Medium inokulum merupakan medium
basal cair yang berisi nutrien bakteri beserta substrat enzim yang berfungsi sebagai
medium perkembangbiakan bakteri sekaligus sebagai medium adaptasi bakteri
sebelum berpindah ke medium produksi. Setelah didiamkan selama 24 jam, dipipet sebanyak
10% inokulum aktif ke dalam medium produksi sebagai wadah bakteri untuk
memproduksi enzim. Medium ini juga didiamkan selama 24 jam kemudian dilakukan
dekantasi untuk memisahkan antara filtrat dengan endapan. Filtrat merupakan
cairan yang memiliki komposisi enzim terlarut, sedangkan sel bakteri mengikut
pada endapannya. Oleh karena itu, filtrat diambil dan diuji aktivitasnya.
Uji
aktivitas enzim dilakukan menggunakan metode DNS dengan larutan standar
glukosa. Konsentrasi larutan standar adalah 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm, 400 ppm
dan 500 ppm yang diencerkan dari larutan induk glukosa 1000 ppm. Masing-masing larutan
standar, blanko dan enzim ditambahkan pati dan buffer fosfat pH 7 dengan
perbandingan 1:1. Pati berfungsi sebagai substrat enzim, sedangkan buffer
fosfat berfungsi untuk memberikan suasana larutan tetap pada pH 7. Hal ini
berhubungan dengan kerja enzim α-amilase yang bekerja optimum pada pH 7.
Selanjutnya semua larutan tersebut diinkubasi selama 30 menit pada suhu 50oC
untuk mengetahui aktivitas enzim selama waktu inkubasi. Suhu diatur demikian
untuk mengoptimumkan kerja enzim. Setelah itu, semua larutan ditambahkan dengan
pereaksi DNS untuk memberikan warna pada glukosa. Hal ini dilakukan karena
glukosa merupakan larutan yang tidak dapat diserap oleh spektrofotometer
UV-Vis. Oleh karena itu, penambahan DNS akan bereaksi dengan glukosa
menghasilkan senyawa 3-amino-5-nitrosalisilik yang dapat menyerap radiasi
panjang gelombang sinar tampak. Semakin banyak glukosa yang dalam sampel, maka
semakin banyak senyawa 3-amino-5-nitrosalisilik yang terbentuk dan serapannya
semakin tinggi.
Setelah
penambahan pereaksi DNS, semua larutan ditutup menggunakan aluminium foil lalu dipanaskan menggunakan penangas air selama 10
menit, kemudian didinginkan. Aluminium
foil bertujuan untuk mengurangi penguapan larutan DNS saat dipanaskan.
Pemanasan dilakukan untuk mempercepat laju reaksi yang ditandai dengan
perubahan warna larutan dari bening menjadi jingga atau merah. Selanjutnya
diukur panjang gelombang maksimum menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada
rentang panjang gelombang 480-520 nm dan diperoleh 490 nm sebagai panjang
gelombang maksimum.
Setelah
itu, diukur dan diperoleh absorbansi larutan standar pada konsentrasi 100 ppm,
200 ppm, 300 ppm, 400 ppm dan 500 ppm berturut-turut adalah 0,161 nm, 0,352 nm,
0,383 nm, 0,39 nm dan 0,416 nm. Persamaan regresi diperoleh y = 0,001x dengan R2
= 0,0442 yang sangat jauh dari ketepatan
grafik. Hal ini disebabkan oleh kesalahan memipet saat membuat larutan standar.
Sedangkan absorbansi yang diperoleh dari sampel pengenceran 10-5
adalah 0,053 nm dan 10-6 adalah 0,243 nm. Berdasarkan perhitungan
konsentrasi diperoleh konsentrasi sampel pengenceran 10-5 dan 10-6
berturut-turut adalah 53 ppm dan 243 ppm dengan aktivitas enzim yang diperoleh berturut-turut
adalah 0,098 Unit/mL dan 0,45 Unit/mL.
Berdasarkan
percobaan tersebut dapat diketahui bahwa enzim α-amilase dapat diisolasi dari
ragi pasar. Adapun aktivitas enzim α-amilase yang diperoleh adalah 0,098
Unit/mL untuk sampel pengenceran 10-5
dan 0,45 Unit/mL untuk pengenceran 10-6. Hasil yang diperoleh
berbeda jauh dari aktivitas enzim α-amilase menurut teori yaitu 0,157 Unit/mL.
Hal ini kemungkinan dapat disebabkan oleh kesalahan-kesalahan yang terjadi
selama praktikum seperti penggoresan dan pembuatan larutan standar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. enzim α-amilase dapat dihasilkan dari ragi
pasar.
2. aktivitas enzim
α-amilase dari sampel ragi pasar pengenceran
10-5 dan 10-6 berturut-turut adalah 0,098 Unit/mL dan 0,45
Unit/mL.
5.2
Saran
5.2.1
Saran untuk Percobaan
Untuk percobaan selanjutnya sebaiknya dilakukan isolasi enzim β-amilase atau
-amilase untuk
menambah wawasan tentang enzim amilase. Selain itu, sebaiknya dilakukan uji
aktivitas spesifik untuk mengetahui kadar protein enzim tersebut.
5.2.2
Saran untuk Laboratorium
Untuk laboratorium supaya memperbaharui
alat spektrofotometer supaya pengujian hasil praktikum lebih teliti dan akurat.
Selain itu, sebaiknya alat sentrifuse
diperbaiki supaya proses pemisahan yang dilakukan lebih bagus dan tidak
mempengaruhi hasil praktikum.
DAFTAR
PUSTAKA
Ariandi, 2016, Pengenalan Enzim Amilase
(α-Amilase) dan Reaksi Enzimatisnya Menghidrolisis Amilosa Pati Menjadi Glukosa,
Jurnal Dinamika, 7(1): 74-82.
Gilbert, H. F., 2000, Basic Concepts in A
Student’s Survival Guide Biochemistry, Houstan, Texas.
Poedjiadi, A. dan Supriyanti, F. M. T., 1994, Dasar-Dasar Biokimia, UI-Press, Jakarta.
Sari, D. P., Wuryanti, dan Anam, K., 2013, Isolasi,
Purfikasi dan Karakterisasi α-Amilase dari Saccharomyces cerevisiae FNCC 3012, Chem Info, 1(1): 337-344.
Singh, S., Sharma, V., dan Soni, M. L., 2011,
Biotechnological Applications of Industrially Important Amylase Enzyme, International Journal of Pharma and Bio Sciences, 2(1): 486-496.
Sunarya, Y., 2012, Kimia Dasar 2, Yrama Widya, Tasikmalaya.
Sundarram,
A., dan Murthy, T. P. K., 2014, Amylase Production and Application: A Review, Journal of Applied and Environmental Microbiology, 2(4): 166-175.
Susilawati,
I. O., Batubara, U. M., dan Riany, H., 2015, Analisis Aktivitas Enzim Amilase
yang Berasal dari Bakteri Tanah di Kawasan Universitas Jambi, Semirata, 359-367.
Tiwari,
S., Srivastava, R., Singh, C., Shukla, K., Singh, P., Singh R., Singh, N., dan
Sharma, R., 2015, Amylase: An Overview with Special Reference to Alpha Amylase,
Journal of Global Bioscience, 4(1): 1886-1901.
Werk,
M. R., dan Fernandis, A. Z., 2007, A
Manual for Biochemistry Protocols, National University, Singapore.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar