Minggu, 18 November 2018

LAPORAN BIOKIMIA
ISOLASI ENZIM a-AMILASE DARI RAGI
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
            Makhluk hidup melakukan metabolisme sebagai bentuk kehidupan yang terjadi di alam. Metabolisme tersebut membutuhkan berbagai jenis metabolit mulai dari metabolit primer, metabolit sekunder hingga zat-zat lain yang dapat membantu metabolisme tubuh. Salah satu bentuk metabolit sekunder yang mengambil peranan penting pada jalur metabolisme adalah enzim. Reaksi biokimia dalam tubuh makhluk hidup dapat berjalan cepat karena dikatalisis oleh suatu enzim. Kerja enzim sangat spesifik terhadap reaksi yang dikatalisisnya karena adanya substrat, serta memiliki kemampuan yang unik saat diisolasi. Enzim melakukan transformasi kimia yang khas dan dapat meningkatkan penggunaan enzim untuk proses industri tekstil, pangan dan minuman, bahan kimia, bidang farmasi seperti obat-obatan dan sebagainya (Susilawati dkk., 2015).
            Enzim amilase merupakan salah satu enzim yang dihasilkan oleh mikroorganisme. Enzim amilase memiliki kemampuan hidrolitik untuk memecah ikatan glikosida yang terdapat pada amilum menjadi molekul-molekul yang lebih kecil seperti glukosa, maltosa, dan dekstrin (Susilawati dkk., 2015). Salah satu enzim amilase yang banyak digunakan adalah enzim α-amilase, yaitu enzim yang mengkatalisis reaksi hidrolisis ikatan 1,4 glikosida pada amilosa. Enzim α-amilase dapat ditemukan dari berbagai sumber tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme. Adapun mikroorganisme yang mampu menghasilkan enzim ini adalah Saccharomyces cerevisiae (Sari dkk., 2013). Berdasarkan uraian diatas maka dilakukan suatu percobaan untuk mengisolasi enzim α-amilase dari ragi pasar.
1.2 Maksud dan Tujuan Percobaan
1.2.1 Maksud Percobaan
Maksud dilakukannya percobaan ini adalah untuk mengetahui dan memahami isolasi enzim α-amilase dari ragi pasar.
1.2.2 Tujuan Percobaan
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk:
1.     mengetahui dan memahami isolasi enzim α-amilase dari bakteri ragi pasar,
2.     menentukan aktivitas enzim α-amilase dari ragi pasar.
1.3 Prinsip Percobaan
            Prinsip dari percobaan ini adalah mengisolasi enzim α-amilase dari ragi pasar dengan menumbuhkan bakteri ragi Saccharomyces cereviciae melalui medium inokulum dan produksi kemudian dilakukan uji kualitatif enzim α-amilase menggunakan iodin. Enzim α-amilase yang diperoleh diuji aktivitasnya menggunakan metode DNS.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Enzim
            Enzim digolongkan dalam kelompok biomolekul protein. Enzim menjalankan berbagai fungsi biologis serta mengatur reaksi-reaksi kimia dalam sistem metabolisme tubuh. Bagi suatu organisme, enzim digunakan sebagai suatu katalis hayati yang mampu meningkatkan laju reaksi kimiawi (Sunarya, 2012).
            Enzim adalah suatu biokatalis yang unggul dan memiliki efisiensi yang tinggi untuk memepercepat reaksi dibandingkan dengan katalis anorganik. Adanya bagian sisi aktif dari enzim menyebabkan enzim memiliki sifat-sifat yang selektif bahkan stereoselektif untuk setiap substratnya. Selain itu keunggulan reaksi enzimatik dapat dilihat dari produk residu yang kurang terbentuk dibandingkan dengan reaksi pada umumnya. Kemampuan katalitik enzim dapat berjalan meskipun pada kondisi lemah untuk bereaksi, hal ini disebabkan oleh kerja enzim yang bergantung pada pH dan suhu optimumnya (Sunarya, 2012).
            Enzim didefinisikan sebagai suatu protein dengan struktur tiga dimensi yang berfungsi untuk mengkatalisis reaksi-reaksi biomolekul dalam hal ini berbagai jenis aktivitas biokatalitik. Enzim bekerja dengan cara menurunkan energi aktivasi reaksi sehingga reaksi berjalan lebih cepat. Adanya energi bebas yang terdapat pada pereaksi antarmedia menyebabkan energi bebas tersebut menjadi lebih rendah dan tidak stabil. Pada umumnya, interaksi enzim dengan molekul lain memiliki kerja yang sama dengan protein. Asam-asam amino menjadi penentu aktivasi yang berhubungan dengan sisi aktif enzim. Selain itu, interaksi enzim juga dapat dipengaruhi oleh larutan disekitarnya, sifat asam basa dan gugus fungsional pada permukaan enzim serta kelarutannya (Sunarya, 2012).
            Proses biokimia terkatalis enzim dapat terjadi dalam sel maupun di luar sel. Enzim dapat bekerja meningkatkan kecepatan reaksi dari 108 hingga 1011 daripada suatu reaksi tanpa terkatalis enzim. Oleh karena itu, enzim merupakan katalis yang sangat efisien. Selain itu, enzim juga dikenal mempunyai derajat kekhasan yang tinggi (Poedjiadi dan Supriyanti, 1994).
            Enzim bekerja menurunkan energi aktivasi reaksi dan mendorong untuk membentuk produk. Enzim bekerja melalui banyak mekanisme seperti fosforilasi dan penghambatan produk atau lokalisasi. Dalam melakukan kerja di dalam tubuh, enzim membutuhkan senyawa kimia yang lain seperti kofaktor. Suatu kofaktor terdiri atas ion anorganik terutama ion logam, senyawa kompleks dan senyawa organologam yang dikenal dengan koenzim (Werk dan Fernandis, 2007).
            Suatu enzim bekerja secara spesifik dengan substrat yang sesuai dengan sisi aktifnya. Reaksi yang terjadi sangat cepat dan fantastis. Setiap enzim memiliki model yang berbeda-beda sesuai dengan fungsinya. Contohnya enzim yang bekerja secara hidrolitik dalam mengkatalisis reaksi pemecahan molekul protein disebut sebagai enzim proteolitik atau protease. Enzim ini memecah ikatan peptida pada rantai polipeptida, sehingga bisa disebut juga dengan enzim peptidase. Enzim ini terdiri atas dua jenis yaitu endopeptidase dan eksopeptidase (Gilbert, 2000).
2.2 Enzim Amilase
            Enzim amilase adalah enzim pencernaan yang menghidrolisis ikatan glikosidik pada pati menjadi glukosa, maltosa, maltotriosa dan dekstrin. Hasil hidrolisis ini memiliki potensi dalam bidang industri farmasi dan makanan. Untuk meningkatkan produktivitas potensi amilase, suatu organisme harus dimodifikasi. Hal ini dapat dicapai dalam dua cara, yaitu  peningkatan ketegangan sel oleh mutasi dan seleksi, serta penggunaan enzim amilase rekombinasi yang diproduksi oleh mikroorganisme menggunakan cara fermentasi (Shing dkk., 2011).
            Enzim amilase adalah salah satu enzim golongan hidrolase yang banyak digunakan dalam reaksi kimia. Enzim ini bekerja secara acak dengan membelah ikatan glikosida internal dalam pati untuk menghidrolisis dan menghasilkan dekstrin dan oligosakarida. Enzim amilase digunakan dalam bidang industri pengolahan pati untuk hidrolisis polisakarida, seperti pati menjadi konstituen gula sederhana. Selain itu dengan adanya batasan baru dalam bioteknologi, spektrum aplikasi amilase telah berkembang menjadi banyak dalam berbagai bidang baru, seperti klinis, farmasi dan kimia analitik (Tiwari dkk., 2015).
2.3 Enzim α-Amilase
Enzim -amilase merupakan suatu enzim yang memiliki struktur sisi aktif yang terdiri atas gugus karboksil dan nitrogen. Sedangkan substrat enzim akan berikatan secara kompleks adsorbsi dengan sisi aktif enzim pada posisi ikatan glikosidik yang saling berhadapan dengan gugus karboksil dan kelompok imidizol. Bagian nukleofil C (1) (karbon pertama) substrat, akan diserang oleh karboksil anion untuk menetralkan rantai ion amidazol. Kelompok imidizol ini berperan dalam reaksi deglukosilasi untuk memisahkan komponen air pada posisi C (1) (karbon pertama). Aktivitas dari enzim -amilase dapat diketahui dengan cara mengukur penurunan pati terlarut atau mengukur jumlah gula pereduksi yang dihasilkan (Ariandi, 2016).
Enzim α-amilase dengan kode EC 3.2.1.1 merupakan golongan enzim yang menghidrolisis pemutusan ikatan α-1,4-glikosidik pada amilosa secara acak untuk menghasilkan suatu glukosa, maltosa dan dekstrin, serta tidak berperan dalam pemutusan ikatan amilopektin yaitu pada ikatan α-1,6-glikosidik. Golongan enzim    α-amilase dapat diisolasi dari mikoroorganisme, seperti bakteri Saccharomyces cerevisiae (Sari dan Anam, 2013).
Enzim amilase dapat digolongkan menjadi tiga jenis enzim dengan fungsi spesifiknya yaitu enzim -amilase, -amilase dan -amilase. Enzim -amilase adalah enzim hidrolase yang mengkatalis hidrolisis glukosa dan maltosa. Ada dua jenis enzim hidrolase, yaitu endo-hidrolase dan exo-hidrolase. Enzim endo-hidrolase bertindak pada bagian dalam molekul substrat, sedangkan exo-hidrolase bertindak pada terminal substrat. Enzim -amilase adalah enzim exo-hidrolase yang bekerja pada ujung nonpereduksi rantai polisakarida dengan hidrolisis -1,4-glikosidik untuk menghasilkan unit maltosa. Oleh karena itu, enzim ini tidak dapat memecah ikatan bercabang pada polisakarida seperti cabang pada glikogen atau amilopektin. Hidrolisis berjalan secara tidak lengkap dan unit dekstrinnya tetap. Sedangkan jenis enzim -amilase memiliki fungsi dalam pemecahan glikosidik yaitu pada ikatan       -1,6-glikosidik (Sundarram dan Murthy, 2014).
Enzim -amilase bekerja melalui 2 tahapan mekanisme yaitu tahap degradasi amilosa menjadi maltosa dan maltotriosa. Tahap ini terjadi sangat cepat menurunkan viskositas sehingga terjadi secara acak. Sedangkan tahap kedua pembentukan hasil akhir glukosa dan maltosa yang tidak acak. Mekanisme ini hanya berlaku pada pemutusan ikatan amilosa. Mekanisme yang berbeda terjadi pada pemutusan amilopektin (Ariandi, 2016).
BAB III

METODE PERCOBAAN
3.1Bahan Percobaan
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah ragi pasar, akuades, alkohol 90%, NA (nutrien agar), NB (nutrien broth), pati 1%, lugol iodin, buffer fosfat 0,2 M pH 7, reagen DNS, Aluminium foil, kertas label, kapas, kain kasa, benang, tissue roll, dan sabun.
3.2 Alat Percobaan
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah gelas kimia 25 mL, gelas kimia 50 mL, gelas kimia 500 mL, gelas ukur 10 mL, gelas ukur 100 mL, labu ukur 10 mL, labu ukur 100 mL, erlenmeyer, tabung reaksi, pipet tetes, cawan petri, inkubator, autoclave, shaker, ose, spektrofotometer UV-Vis, hot plate, vorteks, stopwatch, pipet mikro, batang pengaduk, sendok tanduk dan lemari enkas.

3.3 Prosedur Percobaan
3.3.1 Pembuatan Substrat
Ditimbang 1 g pati dan dilarutkan dengan 100 mL akuades.
3.3.2 Pembuatan Medium Agar
Ditimbang 2 g NA 2% dan 1 g subsrat pati 1%, kemudian dilarutkan dalam 100 mL akuades dan dipanaskan. Setelah NA 2% dan pati 1% homogen, larutan disterilisasi pada suhu 121 ºC dengan tekanan 2 atm. Kemudian medium dituang ke dalam cawan petri.
3.3.3 Pembuatan Medium Agar Miring
Ditimbang 2 g NA 2% dan 1 g subsrat pati 1%, kemudian dilarutkan dalam 100 mL akuades dan dipanaskan. Setelah NA 2% dan pati 1% homogen, larutan disterilisasi pada suhu 121 ºC dengan tekanan 2 atm. Kemudian medium dituang ke dalam tabung reaksi dan diletakkan miring.
3.3.4 Pembuatan Medium Inokulum
Ditimbang 4 gram NB dan 5 g subsrat 1%. Dilarutkan dengan 500 mL akuades dan dipanaskan. Kemudian disterilisasi pada suhu 121ºC dan tekanan 2 atm.

3.3.5 Pembuatan Medium Produksi
Ditimbang 4 gram NB dan 5 g subsrat 1%. Dilarutkan dengan 500 mL akuades dan dipanaskan. Kemudian disterilisasi pada suhu 121ºC dan tekanan 2 atm.

3.3.6 Isolasi Bakteri dari Ragi Pasar
Ditimbang 0,1 g ragi pasar dan dilarutkan dalam 10 ml akuades. Diencerkan hingga 10-5 dan 10-6. Pengenceran 10-5 dan 10-6 diambil 1 mL dan dituang kedalam cawan petri yang berisi medium agar. Diinkubasi 48 jam pada suhu 30 oC. Isolat bakteri yang tumbuh diambil 1 ose dan digores pada medium agar miring. Kemudian diinkubasi selama 24 jam dan isolat yang tumbuh disimpan sebagai stok bakteri. Medium agar yang telah ditumbuhi bakteri tersebut dilakukan uji iodin untuk mengetahui terbentuknya zona bening yang menandakan adanya enzim α-amilase.
3.3.5 Isolasi Enzim α-Amilase dari ragi pasar
            Isolat bakteri diambil 1 ose dan diinokulasikan pada medium inokulum, kemudian medium tersebut dishaker pada suhu 30 oC selama 24 jam, setelah itu diambil 10% inokulum aktif dan dimasukkan kedalam medium produksi, kemudian di shaker kembali pada suhu 30 oC selama 24 jam. Kemudian medium produksi tersebut diendapkan selama 24 jam untuk memisahkan enzim dengan bakterinya. Setelah itu dilakukan dekantasi dan diambil supernatan atau filtratnya sebagai ekstrak kasar enzim α-amilase.
3.3.6 Uji Aktivitas Enzim α-Amilase
            Sebanyak 0,5 mL ekstrak enzim alpha amilase ditambahkan 0,5 mL buffer fosfat pH 7 dan 0,5 mL substrat pati 1%, kemudian divortex selama 10 detik, setelah itu diinkubasi pada suhu 50oC selama 30 menit, kemudian ditambahkan 1,5 mL reagen DNS, lalu ditutup aluminium foil, selanjutnya dipanaskan dalam air mendidih selama 10 menit, kemudian didinginkan dalam air es. Setelah itu diukur absorbansinya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang maksimum dan menggunakan larutan standar glukosa 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm, 400 ppm, dan 500 ppm.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1  Hasil Pengamatan
Tabel 1. Aktivitas Enzim α-Amilase
No.
Ekstrak Kasar Enzim
Aktivitas Enzim (Unit/mL)
1
Sampel Pengenceran 10-5
0,45
2
Sampel Pengenceran 10-6
0,098

4.2  Reaksi


Enzim
α-amilase

4.3  Pembahasan
Percobaan ini dilakukan untuk mengisolasi enzim α-amilase dari ragi pasar. Di mana ragi pasar diencerkan hingga 10-5 dan 10-6. Hasil pengenceran kemudian diambil 1 mL dan dituangkan ke dalam cawan petri yang berisi medium agar. Ada tiga cawan petri yang digunakan yaitu satu untuk 10-5 dan dua untuk 10-6. Cawan     ini diawali dengan mensterilisasi alat dan bahan praktikum. Sampel ragi pasar yang telah diencerkan hingga 10-5 dan 10-6, ditanam duplo pada empat cawan petri yang beirisi medium agar. Medium ini berfungsi sebagai medium pertumbuhan bakteri. Oleh karena itu, didiamkan selama 24 jam sebagai waktu fase bakteri untuk tumbuh. Setelah itu, dari cawan petri tersebut diambil 1 ose bakteri dengan cara menggores menggunakan ose pada bagian berwarna putih di permukaan medium agar. Kemudian dipindahkan ke medium agar miring dengan cara menggores zig zag. Medium ini juga berfungsi sebagai wadah pertumbuhan atau peremajaan bakteri, namun bakteri yang diharapkan berkembang biak adalah bakteri penghasil enzim α-amilase. Oleh karena itu, penggoresan secara zig zag dilakukan sebagai tanda bahwa bakteri ragi hanya tumbuh pada daerah tersebut.
Selanjutnya dilakukan pengujian iodin untuk membuktikan bahwa bakteri ragi yang diisolasi merupakan bakteri penghasil enzim α-amilase. Hal ini ditandai dengan permukaan medium agar setelah ditetesi iodin terbentuk zona bening atau tetap berwarna kuning seperti warna iodin dan medium agar. Enzim α-amilase telah mengubah pati yang terlarut dalam medium agar menjadi gula sederhana seperti glukosa dan maltosa. Oleh karena itu, iodin tidak bereaksi dengan pati. Namun warna ungu menandakan tidak adanya bakteri penghasil enzim α-amilase pada daerah tersebut karena iodin bereaksi dengan pati terlarut menghasilkan warna ungu.
Setelah didiamkan selama 24 jam, dilakukan penggoresan pada bagian zig zag tersebut, lalu dipindahkan ke dalam medium inokulum. Medium inokulum merupakan medium basal cair yang berisi nutrien bakteri beserta substrat enzim yang berfungsi sebagai medium perkembangbiakan bakteri sekaligus sebagai medium adaptasi bakteri sebelum berpindah ke medium produksi. Setelah didiamkan selama 24 jam, dipipet sebanyak 10% inokulum aktif ke dalam medium produksi sebagai wadah bakteri untuk memproduksi enzim. Medium ini juga didiamkan selama 24 jam kemudian dilakukan dekantasi untuk memisahkan antara filtrat dengan endapan. Filtrat merupakan cairan yang memiliki komposisi enzim terlarut, sedangkan sel bakteri mengikut pada endapannya. Oleh karena itu, filtrat diambil dan diuji aktivitasnya.
Uji aktivitas enzim dilakukan menggunakan metode DNS dengan larutan standar glukosa. Konsentrasi larutan standar adalah 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm, 400 ppm dan 500 ppm yang diencerkan dari larutan induk glukosa 1000 ppm. Masing-masing larutan standar, blanko dan enzim ditambahkan pati dan buffer fosfat pH 7 dengan perbandingan 1:1. Pati berfungsi sebagai substrat enzim, sedangkan buffer fosfat berfungsi untuk memberikan suasana larutan tetap pada pH 7. Hal ini berhubungan dengan kerja enzim α-amilase yang bekerja optimum pada pH 7. Selanjutnya semua larutan tersebut diinkubasi selama 30 menit pada suhu 50oC untuk mengetahui aktivitas enzim selama waktu inkubasi. Suhu diatur demikian untuk mengoptimumkan kerja enzim. Setelah itu, semua larutan ditambahkan dengan pereaksi DNS untuk memberikan warna pada glukosa. Hal ini dilakukan karena glukosa merupakan larutan yang tidak dapat diserap oleh spektrofotometer UV-Vis. Oleh karena itu, penambahan DNS akan bereaksi dengan glukosa menghasilkan senyawa 3-amino-5-nitrosalisilik yang dapat menyerap radiasi panjang gelombang sinar tampak. Semakin banyak glukosa yang dalam sampel, maka semakin banyak senyawa 3-amino-5-nitrosalisilik yang terbentuk dan serapannya semakin tinggi.
Setelah penambahan pereaksi DNS, semua larutan ditutup menggunakan aluminium foil lalu dipanaskan menggunakan penangas air selama 10 menit, kemudian didinginkan. Aluminium foil bertujuan untuk mengurangi penguapan larutan DNS saat dipanaskan. Pemanasan dilakukan untuk mempercepat laju reaksi yang ditandai dengan perubahan warna larutan dari bening menjadi jingga atau merah. Selanjutnya diukur panjang gelombang maksimum menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada rentang panjang gelombang 480-520 nm dan diperoleh 490 nm sebagai panjang gelombang maksimum.
Setelah itu, diukur dan diperoleh absorbansi larutan standar pada konsentrasi 100 ppm, 200 ppm, 300 ppm, 400 ppm dan 500 ppm berturut-turut adalah 0,161 nm, 0,352 nm, 0,383 nm, 0,39 nm dan 0,416 nm. Persamaan regresi diperoleh y = 0,001x dengan R2 = 0,0442  yang sangat jauh dari ketepatan grafik. Hal ini disebabkan oleh kesalahan memipet saat membuat larutan standar. Sedangkan absorbansi yang diperoleh dari sampel pengenceran 10-5 adalah 0,053 nm dan 10-6 adalah 0,243 nm. Berdasarkan perhitungan konsentrasi diperoleh konsentrasi sampel pengenceran 10-5 dan 10-6 berturut-turut adalah 53 ppm dan 243 ppm dengan aktivitas enzim yang diperoleh berturut-turut adalah 0,098 Unit/mL dan 0,45 Unit/mL.
Berdasarkan percobaan tersebut dapat diketahui bahwa enzim α-amilase dapat diisolasi dari ragi pasar. Adapun aktivitas enzim α-amilase yang diperoleh adalah 0,098 Unit/mL untuk  sampel pengenceran 10-5 dan 0,45 Unit/mL untuk pengenceran 10-6. Hasil yang diperoleh berbeda jauh dari aktivitas enzim α-amilase menurut teori yaitu 0,157 Unit/mL. Hal ini kemungkinan dapat disebabkan oleh kesalahan-kesalahan yang terjadi selama praktikum seperti penggoresan dan pembuatan larutan standar.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1  Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1.    enzim α-amilase dapat dihasilkan dari ragi pasar.
2.    aktivitas enzim α-amilase dari sampel ragi pasar pengenceran 10-5 dan 10-6 berturut-turut adalah 0,098 Unit/mL dan 0,45 Unit/mL.

5.2 Saran
5.2.1 Saran untuk Percobaan
Untuk percobaan selanjutnya sebaiknya dilakukan isolasi enzim β-amilase atau -amilase untuk menambah wawasan tentang enzim amilase. Selain itu, sebaiknya dilakukan uji aktivitas spesifik untuk mengetahui kadar protein enzim tersebut.

5.2.2 Saran untuk Laboratorium
Untuk laboratorium supaya memperbaharui alat spektrofotometer supaya pengujian hasil praktikum lebih teliti dan akurat. Selain itu, sebaiknya alat sentrifuse diperbaiki supaya proses pemisahan yang dilakukan lebih bagus dan tidak mempengaruhi hasil praktikum.


DAFTAR PUSTAKA
Ariandi, 2016, Pengenalan Enzim Amilase (α-Amilase) dan Reaksi Enzimatisnya Menghidrolisis Amilosa Pati Menjadi Glukosa, Jurnal Dinamika, 7(1): 74-82.

Gilbert, H. F., 2000, Basic Concepts in A Student’s Survival Guide Biochemistry, Houstan, Texas.

Poedjiadi, A. dan Supriyanti, F. M. T., 1994, Dasar-Dasar Biokimia, UI-Press, Jakarta.

Sari, D. P., Wuryanti, dan Anam, K., 2013, Isolasi, Purfikasi dan Karakterisasi        α-Amilase dari Saccharomyces cerevisiae FNCC 3012, Chem Info, 1(1): 337-344.

Singh, S., Sharma, V., dan Soni, M. L., 2011, Biotechnological Applications of Industrially Important Amylase Enzyme, International Journal of Pharma and Bio Sciences, 2(1): 486-496.

Sunarya, Y., 2012, Kimia Dasar 2, Yrama Widya, Tasikmalaya.

Sundarram, A., dan Murthy, T. P. K., 2014, Amylase Production and Application:       A Review, Journal of Applied and Environmental Microbiology, 2(4):    166-175.

Susilawati, I. O., Batubara, U. M., dan Riany, H., 2015, Analisis Aktivitas Enzim Amilase yang Berasal dari Bakteri Tanah di Kawasan Universitas Jambi, Semirata, 359-367.

Tiwari, S., Srivastava, R., Singh, C., Shukla, K., Singh, P., Singh R., Singh, N., dan Sharma, R., 2015, Amylase: An Overview with Special Reference to Alpha Amylase, Journal of Global Bioscience, 4(1): 1886-1901.

Werk, M. R., dan Fernandis, A. Z., 2007, A Manual for Biochemistry Protocols, National University, Singapore.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar