Salam sejahtera untuk kita semua…
Setelah
membagi kisah tentang laboratorium forensik, saya ingin bercerita tentang salah
satu kesempatan terbaik yang pernah saya dapatkan selama kuliah, yaitu magang
di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong. Kisah yang sudah
mengajarkan saya betapa berharganya hidup dan pilihan. Bukan hanya sekedar
menambah wawasan tapi juga melatih untuk bertahan hidup. Karena itulah
pengalaman ini tidak pernah terlupakan.
Salam Milenial…
![]() |
Puslit Bioteknologi LIPI Cibinong |
Sedikit
informasi sebelum melanjutkan cerita saya. LIPI merupakan lembaga riset
nasional milik pemerintah. Siapa saja boleh mengikuti magang, penelitian tugas
akhir ataupun berkunjung di LIPI selama mengikuti setiap prosedur dan petunjuk
yang telah ditetapkan. Informasi itu dapat diakses di alamat website www.lipi.co.id. Selain itu, LIPI
terletak di tiga wilayah berbeda, ada di Bandung, Serpong dan Cibinong.
Sementara kantor pusatnya berada di Jakarta. Jadi teman-teman yang ingin
melakukan kegiatan di LIPI tentunya sudah mengetahui laboratorium apa yang
ingin dituju. Perlu banyak kajian informasi dari berbagai sumber.
Yah…
bagaimana saya bisa magang di LIPI?. Awal cerita saya mulai sejak bulan Agustus
2019. Saya sementara mengikuiti magang di Laboratorium Forensik selama 1 bulan
setelah tiga hari dipulangkan dari lokasi KKN. Pada saat magang, sebenarnya saya
dinyatakan lulus mengikuti program pertukaran pelajar PERMATA-SAKTI (Pertukran Mahasiswa
Seluruh Nusantara-Sistem Alih Kredit). Saya merasa gembira atas pengumuman itu,
namun sedikit kecewa karena surat rekomendasi perguruan tinggi tujuan saya
dialihkan dan di tempatkan di perguruan tinggi yang tidak sesuai ekspektasi
saya. Demi kenyamanan bersama, lebih baik saya tidak menyebutkannya, heheh…
maaf. Oleh karena itu, dengan sangat tidak rela saya melepaskan anugerah yang
sudah diberikan Tuhan. Sayapun merasa kecewa dan tidak berdaya. Padahal saya
ingin mengukir kisah yang lebih berarti sebelum lulus. Namun ternyata
pertukaran pelajar bukanlah jalan saya untuk melakukan hal itu. Tapi saya tetap
tidak mau menyerah dan lulus begitu saja. Kecewa sempat menguasai pikiran saya
selama hampir dua minggu. Bahkan saat dosen yang membantu saya mengurus berkas
pertukaran pelajar menghibur saya dan mengatakan untuk lebih bersabar dan
memang bukan takdir saya, masih banyak yang bisa saya lakukan terutama tentang
penelitian tugas akhir.
Seminggu
sebelum masa magang saya di Lab Forensik berakhir, rasa kecewa itu mulai mereda
saat saya mendapat informasi dari instagram LIPI bahwa diadakan Kuliah Praktek
di LIPI. Jujur saja, saat itu saya kurang paham tentang LIPI. Saya bahkan
berpikir LIPI adalah kampus dan punya mahasiswa, laboratorium, dosen-dosen, dan
mata kuliah. Betapa buruknya wawasan saya selama ini. Tapi tanpa berpikir
panjang, saya menelusuri informasi itu. Tidak tanggung-tanggung, semua website
dan kontak saya telusuri sejak itu. Setidaknya, menyibukkan diri bisa membuat
saya lupa dengan kecewa saya yang lain. Meskipun sebenarnya banyak hal yang
belum saya pertimbangkan sebelum memutuskan akan menghubungi pihak LIPI.
Seperti biaya hidup, transport dan terlebih lagi izin orang tua. Tidak ada yang
tahu apa yang sedang saya kerjakan. Bolak balik kampus, kos, perpustakaan. Saya
hanya berpikir satu hal, saya ingin magang di LIPI.
![]() |
Brosur KKP di Instagram Resmi LIPI |
Pertama-tama,
saya mencocokkan tugas akhir saya dengan laboratorium LIPI. Supaya saya bisa
menambah waktu magang sekaligus menyelesaikan tugas akhir. Karena tugas akhir
saya tentang fermentasi, tentu saja saya memilih Laboratorium Bioteknologi.
Mirisnya, saya selalu berpikir LIPI hanya ada di Jakarta, karena setiap kali
searching di google LIPI yang ditunjukkan adalah kantor pusat di tengah Kota
Jakarta. Saya bertambah semangat mengetahui hal itu. Saya membaca petunjuknya
dengan seksama. Katanya harus mengemail
pembimbing terlebih dahulu. Tapi saya tidak tahu dapat email dari mana. Maka
dari itu, saya nekat untuk melampaui langkah itu dan menuju langkah selanjutnya
yaitu menghubungi bagian humas LIPI Biotek. Lagi-lagi saya tidak sadar kalau
kontak yang dihubungi adalah telepon rumah dan menghabiskan pulsa HP saya.
Kemudian saya berinisiatif untuk memanfaatkan telepon di Departemen dan ternyata
dalam masa maintainance. Tapi saya
tidak kehabisan akal. Saya menuju ke perpustakaan pusat dan menemui bagian
penanggung jawab lab komputer, disitulah saya bertemu seorang petugas
perpustakaan yang baik hati. Saya bercerita tentang keinginan dan keperluan
saya datang menemuinya. Dan kabar baik pun mulai berdatangan menerpa hidup
saya. Beliau merespon baik tujuan saya dan meminjamkan ponselnya karena
memiliki gratis nelpon ke telepon rumah. Sayapun menelpon humas LIPI Biotek
dengan leluasa.
Saya
berbicara dengan humas Biotek bernama Ibu Wardah. Saya memperkenalkan diri
terlebih dahulu, dan saya sangat menekankan bahwa saya berasal dari Universitas
Hasanuddin Makassar. Saya berharap beliau memberi keringanan atas prosedur
tersebut. Namun, seperti yang saya duga, Bu Wardah malah memperjelas runtutan
prosedur pembimbingan. Beliau sempat bertanya apakah pembimbing saya sudah
menyetujui penelitian saya. Berdasarkan prosedurnya, mahasiswa mengirimkan email
kepada pembimbing yang diinginkan dan itu membutuhkan waktu minimal 1 minggu
untuk dibalas. Jika disetujui, mahasiswa harus bertemu langsung dengan
pembimbing untuk membahas semua perjanjian antara mahasiswa dan LIPI. Surat
magang masuk satu bulan sebelum mahasiswa datang untuk magang. Pikiran saya
mulai berkecamuk. Saya memang menyiapkan waktu sebulan untuk persiapan magang,
tapi masalahnya butuh waktu lama untuk menghubungi dan komunikasi dengan
pembimbing. Sementara saya harus segera magang karena harus menyelesaikan tugas
akhir.
Setelah
itu, Bu Wardah menjeda pembicaraan kami lalu meminta untuk dihubungi kembali
setelah 30 menit. Saya jadi berdebar-debar, apa maksud beliau meminta saya
untuk menghubungi kembali. Setelah 35 menit kemudian, saya menghubunginya….dan
sebuah kabar baik datang, keberuntungan menghampiri saya kembali. Ternyata,
seorang pembimbing telah berkomunikasi dengan Bu Wardah untuk dicarikan
mahasiswa dalam membantu proyek penelitiannya dan beliau telah memastikan itu. Dengan
segera kontak pembimbing yang dimaksud diberikan kepada saya, dan lebih
menggembirakan lagi bahwa pembimbing tersebut meminta untuk segera dihubungi. Tentu
saja, tanpa berpikir panjang saya menghubungi calon pembimbing saya. Saya
sangat berterima kasih kepada Bu Wardah.
Yah…seorang
pembimbing yang akan membimbing saya selama di LIPI, beliau adalah Bu Marta
yang berada di Laboratorium Rekayasa Genetika Terapan dan Desain Protein. Kami
memperkenalkan diri masing-masing. Beliau sangat tegas berbicara, terdengar
disiplin dan to the point. Beliau sempat
menanyakan tugas akhir saya namun ternyata belum bisa difasilitasi, namun
beliau menawarkan untuk ikut proyek penelitian bersama dengan tawaran akan
publikasi bersama LIPI setelah penelitian selesai dilakukan. Kabar tersebut
membuat saya lebih gembira lagi karena tidak semua orang bisa publikasi bersama
LIPI. Setiap orang yang magang hanya mengerjakan sampel yang masuk, namun
magang dengan Bu Marta memberikan kesempatan untuk merasakan penelitian dan
publikasi sesungguhnya. Saya tidak punya alasan untuk menolak. Sejak saat itu,
saya berkomunikasi dengan Bu Marta. Sedangkan Bu Wardah mengirimkan berkas yang
harus diisi dan dilengkapi sebagai syarat magang. Saya mulai melengkapinya.
Percakapan
pertama dengan Bu Marta sangat berkesan dan membuat saya sangat terkejut.
Terutama beliau mengatakan untuk datang pada minggu ini dan magang harus 2
bulan. Beliau harus cuti pada bulan Desember, jadi bulan September harus
memulai penelitian. Tapi saya bahkan belum punya persiapan apapun jadi saya menolak
dan butuh waktu setidaknya 2 minggu. Saya belum memikirkan bagaimana saya hidup
sendiri di Pulau Jawa selama 2 bulan. Saya meminta saran kepada pembimbing di
kampus dan responnya sangat bagus, malah saya disarankan supaya seminar
proposal penelitian untuk tugas akhir sebelum berangkat magang. Yah…dalam sehari
itu, perasaan saya sangat bahagia dan bisa menghapus kekecewaan pertukaran
pelajar kemarin.
Namanya
juga kehidupan, kadang bahagia dan kadang sedih. Seminggu kemudian, kebahagiaan
tadi berubah jadi air mata kesedihan. Bu Marta menghubungi saya bahwa laboratoriumnya
akan mengalami perbaikan jadi kemungkinan kecil untuk bisa penelitian.
Kemungkinan bulan januari setelah perbaikan baru bisa melanjutkan penelitian
atau mungkin saya diminta menunggu sampai bulan oktober agar tahu kelanjutannya
iya atau tidak jadi belum ada kepastian. Bu Marta sempat menyarankan untuk
berpindah pembimbing jika saya harus magang secepatnya. Tapi saya menolak,
menurut saya beliau sudah sangat baik pada saya jadi saya akan menunggu
kepastian beliau. Rasa kecewa pasti ada, tapi saya juga harus fokus untuk
seminar proposal. Artinya, saya bisa menjalankan planning B. Saya jadi santai mengurus seminar saya karena berada
pada zona kecewa kembali.
Hanya
selang tiga hari saja, Bu Marta menelpon saya kembali dan meminta saya untuk
datang lagi minggu ini. Saya sempat ragu karena saya dalam masa pembimingan
tugas akhir di kampus. Jika saya datang minggu ini, persiapan saya belum
matang. Seminar proposal saya belum kelar. Tapi entah kenapa keraguan itu saya
hapus dan mencoba mengambil resiko. Saya mengatakan iya saya bisa datang. Padahal
saya butuh waktu 2 minggu untuk persiapan. Beban itu terhapus satu demi satu.
Pengurusan berkas untuk proposal yang sempat mengalami lika liku drama akhirnya
terselesaikan. Kemudian saya sudah punya kas tanpa meminta orang tua karena
minggu itu juga beasiswa PPA saya cair. Jadi dana sudah tidak terhambat. Tapi…
satu hal penting yang belum saya pikirkan yaitu izin orang tua. Penghalang besar
yang hampir mengehentikan semua persiapan itu. Semua keluarga saya melarang
untuk ikut, kecuali brother yang
tinggal bersama saya di Makassar.
Lalu
apa yang terjadi? Saya bahkan dikirim pulang ke kampung dan ditahan agar tidak
berangkat. Saya hanya butuh waktu 4 hari untuk meyakinkan mereka karena tekad
saya sudah bulat. Saya bahkan sudah menentukan tanggal keberangkatan, seminar
dan membeli tiket pesawat tapi tanpa sepengetahuan orang tua. Saya seminar
proposal hari senin, tanggal 30 September 2019 jam 13.30, kemudian pesawat saya
berangkat jam 17.40 pada hari yang sama. Saya menyampaikan semua itu pada
keluarga tapi keluarga saya malah mau mengganti uang pesawat dan mengembalikan
uang saya. Drama permintaan izin itu selesai pada hari minggu, sehari sebelum keberangkatan.
Sore harinya orang tua saya memberikan izin meskipun sepertinya cukup terpaksa.
Saya juga mengerti, beliau khawatir pada saya apalagi saya sendiri ke tempat
asing dan tidak ada satupun orang yang dikenal. Setelah memberikan
wejangan-wejangan, beliau merelakan saya berangkat ke Makassar jam 20.30 malam.
Saya sampai di Makassar jam 1.00 tengah malam. Saya mempelajari seminar proposal
saya dan baru bisa packing. Saya tidak bisa berpikir lagi, apa yang bisa saya
persiapkan untuk 2 bulan itu.
![]() |
Kartu Nama Peneliti/Mahasiswa Magang di Puslit Bioteknologi |
Akhirnya…
saya selesai seminar proposal dan berangkat ke Jakarta pada jam 20.00 WITA. Hmm…
padahal tiket saya pukul 17.40 kan, hehehh….ada kisah yang lebih mendebarkan
dan memukul kehidupan saya pada saat itu. Tapi sampai di sini dulu yah, hehehh….
Sudah panjang lebar… intinyaa saya sudah ada di Jakarta pukul 22.00 WIB.
Keesokan harinya jam 13.00 WIB, saya bertemu langsung dengan Bu Wardah dan Bu
Marta. Saya resmi diterima sebagai mahasiswa dalam masa pembimbingan LIPI
Bioteknologi…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar