Senin, 06 April 2020

Berkunjung ke Laboratorium Forensik Makassar


Selamat Siang dan Salam Sejahtera untuk Kita Semua…
            Kimia forensik merupakan salah satu mata kuliah di jurusan Kimia Unhas. Tidak didapat dipungkiri bahwa ilmu forensik sangat penting bagi alumnus kimia yang ingin berkarir di dunia forensik sains dan sebagai tambahan ilmu pengetahuan. Mata kuliah ini sangat menarik bagi saya karena merupakan pengetahuan baru yang menantang, memberikan pengalaman luar biasa tentang manfaat utuh dari ilmu kimia terkait kemajuan ilmu pengetahuan di Indonesia. Terasa lengkap keingintahuan saya saat melakukan kunjungan ke Pusat Labfor Makassar tepatnya tanggal 22 April 2019.
            Saya dan teman-teman berjumlah sekitar 30 mahasiswa S1 dan S2 beserta satu dosen pendamping yaitu Prof. Ahyar sekaligus dosen pengampuh mata kuliah. Sebenarnya kami didampingi oleh satu dosen lagi yaitu Dr. Nursiah, namun beliau berhalangan hadir. Beliau berpesan kepada kami untuk segera menuju ke lab forensik setelah mata kuliah forensik hari itu selesai (pukul 12.50) karena dalam surat pengantar, kami akan datang jam 13.30. Kami bergegas dan bersama-sama meluncur ke lab forensik yang terletak di Jl. Sultan Alauddin I No.20 Pa’baeng-Baeng, Tamalate, Kota Makassar.
            Saya tiba disana sekitar jam 13.40, satu persatu tiba dengan kendaraan pribadi masing-masing hingga jam 14.10. Kami disambut baik meskipun sebenarnya waktu kedatangan kami telat. Tapi kami belum bisa masuk ke dalam gedung kuning itu, karena dosen pendamping kami belum datang. Beliau terjebak macet dan harus tiba di sini bersama kami pukul 14.50. Meskipun demikian, petugas labfor dengan senang hati menunggu kelengkepan kami. Dan kamipun tidak sabar untuk masuk dan memastikan tentang kelengkapan lab forensik yang selama ini hanya kami dengar dan pelajari di kampus. Melihat mobil putih dan lambaian tangan dari salah satu teman dalam mobil itu, penantian kami pun berakhir. Prof. Ahyar sudah tiba dan bergegas menuju pintu masuk gedung, sementara petugas labfor sudah siap menyambut kami dan Prof. Ahyar.
            Lalu, kami dibawa menuju lantai dua. Saya pribadipun merasa sebentar lagi kami akan dibawa masuk ke dalam laboratorium. Dan ternyata kami dibawa masuk ke dalam ruang rapat dengan LCD yang sudah terpasang. Bukan itu saja, kami disuguhkan dengan kue box dan siap untuk diberikan sambutan. Tidak pernah sekalipun dalam pikiran saya akan disambut seperti ini. Saya berpikir, kami langsung dibawa ke laboratorium. Benar-benar penuh penghormatan. Kami diperkenalkan satu persatu dengan petugas lab forensik beserta keahliannya. Dan saya mendapat pengetahuan baru bahwa ternyata dalam lab forensik ada berbagai macam yang dianalisis. Bukan hanya dari sisi komponen kimia dan fisiknya saja. Tapi ada ahli cyber crime, pemalsuan dokumen, perakitan bom, ahli peluru dsb. Dan keahlian dengan istilah paling lucu adalah “Ragu Bapak” yang diartikan sebagai keraguan bapak terhadap anak kandungnya, yah lebih sainstifiknya pengujian DNA.
            Penyambutannya diawali oleh pimpinan lab forensik atau yang mewakili yaitu Pak Gede. Ternyata Pak Gede pernah mengajar forensik di Kimia Unhas, namun beliau harus off dari mengajar karena harus fokus untuk kasus-kasus di labfor. Kemudian, sambutan juga diberikan oleh Prof. Ahyar yang berterima kasih atas penerimaan kunjungan ini dan permintaan maaf atas keterlambatannya. Menurut beliau, jika orang Jepang memutuskan suatu janji, terlambat 5 menit maka dianggap perjanjian itu batal. Maka dari itu, permohonan maaf sebesar-besarnya diucapkan kepada Labfor Makassar.
            Setelah penyambuatan, Pak Gede membawakan materi umum tentang ilmu pengetahuan dalam forensik. Bagaimana cara analisis forensik dalam suatu kasus. Ada beberapa kasus yang sempat beliau sampaikan beserta menganalisisnya menurut pemahaman saya:
1.      Suatu kejadian kecelakaan tambrak lari di Bulukumba. Pengakuan korban, yang menabraknya seperti bayangan putih. Analisis forensik memperkirakan bahwa mobil berwarna putih yang dicurigai adalah ambulance. Maka diambillah cat kendaraan korban dan cat kendaraan seluruh ambulance di kabupaten Bulukumba untuk dianalisis. Dan ternyata hasilnya terbukti. Prinsipnya bahwa ada pertukaran partikel antara cat mobil tersangka dan cat kendaraan korban. Supir ambulance awalnya tidak mengaku, namun ditunjukkan bukti forensik, maka supir itu mengaku bahwa dirinya takut makanya kabur.
2.      Telah ditemukan sabu seberat 70 gram di Kabupaten Sidrap. Polisi membawa barang bukti tersebut ke lab forensik. Hasilnya menunjukkan bahwa sabu tersebut bukanlah metamphetamin, melainkan tawas yang direkonstruksi mirip dengan sabu, pembelinya inilah yang merasa ditipu. Sebenarnya, jenis-jenis oplosan sabu ataupun narkoba hadir karena penyalahgunaan ilmu kimia dan farmasi. Dulunya, hanya sekitar 60 jenis sabu yang terdapat dalam UU. Namun banyaknya oplosan yang memberikan efek mirip dengan sabu, sudah ditemukan hampir 166 jenis narkoba. Hal inilah yang menyebabkan peraturan perundang-undangan harus terus direvisi.
3.      Pengakuan ilmu forensik di Indonesia sangat terlihat pada pemecahan kasus bom Bali. Kebetulan Pak Gede turut serta dalam penyelidikan tersebut saat bertugas di Bali. Kesatuan analis forensik berhasil menemukan bukti pelaku penyebab bom Bali. Ibu Megawati yang saat itu menjabat sebagai Presiden RI memberikan penghargaan kepada mereka.
4.      Kasus kerusuhan yang terjadi antar warga, seorang warga menjadi korban luka karena tebasan parang. Awalnya, tidak ada warga yang mengaku, namun analisis forensik menjawabnya dengan bukti sidik jari. Ada juga kasus pembunuhan akibat pemerkosaan dan pembunuhan berdarah, penyebab kebakaran dsb.
Selain daripada itu, masih banyak yang beliau sampaikan. Saya dan teman-teman lainnya juga sempat bertanya. Pertanyaan saya terkait kasus-kasus di luar Sulsel, seperti di Papua, Maluku, Sulut. Bukankah kejadian seperti di atas marak terjadi. Apalagi kasus pembunuhan berdarah dan pemerkosaan. Bagaimana bukti darah ataupun sperma itu tetap baik untuk dianalisis dalam jangka waktu yang lama? sedangkan lab forensik di Indonesia Timur hanya ada di Makassar?.
Jawaban Pak Gede adalah sebenarnya kita sudah punya prosedur untuk semua kejadian itu. Sudah ada SOPnya. Misalnya darah. Suatu bukti kasus berupa darah, sebaiknya diambil dengan cara mengelapnya dengan tissue kering, kain bersih dan kering, ataupun kain kasa. Lalu diangin-anginkan atau dikeringkan dengan cahaya matahari. Jangan biarkan basah!, karena dihinggapi oleh belatung atapun mikrooganisme yang dapat merusak struktur darah. Lalu, pengirimannya jangan dalam plastik, namun dalam map kertas untuk menghindari adanya uap air.
Pertanyaan selanjutnya tentang darah yang sudah dihinggapi oleh mikroorganisme ataupun belatung. Jawabannya, itu adalah masalah terbesar peneliti forensik. Jika hal itu terjadi, lebih baik kami mengatakan tidak bisa menelitinya karena kerusakan bukti daripada memaksan untuk terus meneliti. Karena lebih baik melepaskan 1 orang, daripada menyalahkan banyak orang yang tidak bersalah.
Pertanyaan lain menyangkut cyber crime, pemalsuan tanda tangan dan seorang teman saya ditipu oleh belanja online. Semua itu bisa diretas, pesan-pesan yang sudah dihapus bisa dikembalikan lagi. Intinya adalah semakin canggih telepon seluler mu, semakin baik untuk diretas.
Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 16.10. setelah pemeberian materi. Kami diajak untuk berkeliling di lab forensik. Mula-mula kita dibawa masuk ke alam tembak-menembak. Kami diberi penjelasan tentang timah panas itu mengenai bentuk, ukuran dan pemiliknya. 1 peluru yang menarik dan paling besar adalah peluru yang berasal dari terorisme di Poso. Katanya, saat polisi bergerilya dengan terorisme di tengah hutan Poso, mobil polisi ditembaki dengan peluru tersebut pada bagian mesinnya supaya dapat dikepung. Bersukur bahwa Tuhan masih melindunginya, hal itu tidak terjadi. Dalam Lab tersebut tentu saja ada instrument untuk mengetahui jenis, ukuran, sidik jari, jauh tembakan dari peluru. Harga instrumennya mencapai milyaran rupiah….
Selanjutnya, menuju ke lab bom. Ada banyak jenis rakitan bom ala masyarakat awam yang dapat membahayakan banyak nyawa. Instrumennya juga banyak, ada yang portable seperti sinar laser, raman spectroscopy dan masih banyak lagi yang namanya saya lupa.
Kemudian, menuju ke lab yang paling di tunggu-tunggu yaitu lab kimia. Labnya luas, mirip lab di kampus, ada lemari asam, kulkas yang berisi organ tubuh, di pojok depan bertumpuk amplop besar yang isinya sampel bukti kasus. Meja labnya terbuat dari semen dan tehel, bahan kimia berjejer diatas rak meja laboratorium. Disamping ruangan itu, adalah ruang instrument. Ada ICP, AAS, Spketrofotometri UV-Vis, IR, HPLC, GC-MS yang disekat dalam tiap ruangan kaca ber AC. Labnya lengkap dan bersih. Namun, menurut petugas labfor, ini belum seberapa dibandingkan puslabfor Jakarta. Yah..kapan-kapan kita berkunjung ke sanalah.
Masih banyak lab yang belum dikunjungi karena sudah pukul 17.00, artinya sejam yang lalu pegawai sudah pulang. Jadi kami hanya bisa masuk ke dalam tiga laboratorium yaitu lab peluru, bom dan kimia. Lab lain seperti cyber crime, lab DNA (biologi) belum bisa kami lihat. Untuk lebih jelasnya, kami boleh melihat lebih jauh semua lab jika kita magang di sini dan kesempatn itu terbuka. Bukan itu saja, pembangunan lab forensik akan segera dilakukan di berbagai daerah seperti Pontianak, Manado dan Balikpapan. Informasinya adalah jika ada yang berasal dari sana ataupun berminat dalam bidang forensik, dapat menghubungi Labfor Makassar untuk pertanyaan lebih lanjut.
Setelah melakukan kunjungan di Labfor Cabang Makassar, banyak hal yang bisa saya ketahui dan masih banyak lagi yang ingin saya ketahui. Betapa menakjubkannya sebuah ilmu yang mampu menjadi bukti bagi para kriminalitas. Itulah ilmu sains, mendobrak dan mengungkap tabir alam. Satu kutipan yang selalu kuingat dari Pak Gede.

“Suatu bukti kasus tidak dapat berbicara dari mana ia berasal, siapa pemiliknya dan bagaimana bukti itu mengambil peran dalam suatu kasus. Namun adanya ilmu forensik, bukti itu mampu berbicara dan menentukan siapa korban, tersangka dan saksi”

Terima Kasih J


Crated by: Dirayanti, 2019

2 komentar: